Hantaman Krisis 2008 Jauh Lebih Besar

VIVAnews - Hantaman krisis 2008 jauh lebih besar dari krisis 1998. Pasar produk Indoensia kehilangan pangsa ekspor akibat tidak adanya perpanjangan kontrak ekspor pada 2009. 

Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Susatyo mengatakan, kondisi ini yang akan dihadapi industri di Indonesia.

Ancaman lain, pasar dalam negeri sulit dicapai, karena daya saing dengan produk impor makin lemah. Mengingat kualitas barang impor sering lebih baik. "Pengusaha masih mempunyai dana cadangan selama 6 bulan kegiatan usaha, kalau krisis terus berlanjut mereka bingung bagaimana caranya menutupi kebutuhan investasi," ujar Bambang di Jakarta, Selasa 25 November 2008.

Bambang mengatakan, keluarnaya kebijakan surat keputusan bersama (SKB) Empat Menteri yang mengatur upah minimum merupakan langkah penting untuk melindungi usaha.

Namuan masalahnya, tuntutan kenaikan gaji bagi tenaga kerja tidak memperhatikan kondidsi yang ada sekarang. "Kalau saat 1998 pengusaha masih bisa menjual produknya, saat ini pemasarannya tidak ada, jadi sangat sulit bagi pengusaha. Akibatnya banyak perusahaan yang akan gulung tukar. 

Anggotra Fraksi PKS, Dewan Perwakilan Rakyat, Rama Pratama mengatakan, meski beberapa waktu lalu pengusaha masih optimistis ada ceruk domestik yang bisa dimantapkan, tapi belum jelas kebijakan apa yang bisa diambil untuk peluang ini.

OJK Reveals Tips to Manage Finance for Housewife
Wuling Cloud EV di IIMS 2024

Konsumen Bisa Jajal Langsung Wuling Cloud EV di PEVS 2024

Pabrikan otomotif asal China, Wuling akan memeriahkan pameran PEVS 2024 dengan menampilkan lini kendaraan listrik, salah satunya Wuling Cloud EV.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024