Kans Sultan Hamengkubuwono X

Sultan Paling Diterima di Mana-mana

VIVAnews – Arena pertarungan  Pemilihan Presiden  2009 kian seru, setelah Sultan Hamengkubuwono X ikut maju ke medan laga. Golkar yang sebelumnya telah retak antara barisan Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla, bakal kian berkeping-keping jika Sultan ikut merebut pengaruh beringin. Sultan adalah sesepuh Golkar di Yogya.

Harta Kekayaan Naik, Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono Jawab Begini

Mesin politik Sultan juga kian nyaring bekerja. Dia sudah membentuk tim sukses yang disebut Tim Pelangi Perubahan. Mereka dari berbagai golongan, ada ilmuwan, seniman dan praktisi.  Di daerah, mesin politik Sultan bekerja lewat raja-raja.

Sejumlah jajak pendapat juga menunjukan tingkat elektibilitas Sultan cukup tinggi. Misalnya hasil Lembaga Survei Indonesia November 2008, Menurut LSI, Sultan berada di urutan teratas dengan 8 persen sebagai calon presiden yang paling diterima publik. Dia unggul dari Wiranto yang hanya mendapat 4 persen. Disusul Prabowo Subianto dengan 6 persen. Sedangkan Jusuf Kalla terpuruk di 2 persen.

Terpopuler: Pesan Pajero Sport Baru Rp500 Juta, Pengendara Motor Diminta Waspada

Sultan dinilai sebagai tokoh pemimpin alternatif di tengah krisis kepercayaan terhadap figur-figur politik lama yang bermunculan menjelang pemilihan umum 2009.

Kini dia mendeklarasikan diri sebagai kandidat presiden bukan dari Golkar. Beragam cara ditempuh Sultan guna mencari dukungan. Ketika mendeklarasikan diri menjadi calon presiden melalui acara Pisowanan

Penjabat Gubernur Jawa Barat Blak-blakan Tak Minat Maju Pilkada 2024

Ageng di Keraton Yogyakarta, dia mengundang berbagai kalangan, mulai dari tokoh partai, akademisi, budayawan, sampai masyarakat dari pelosok desa.

Tim Pelangi Perubahan terdiri dari pengamat politik Sukardi Rinakit, seniman Garin Nugroho, dan Franky Sahilatua, serta sejumlah tokoh politik lainnya. Mereka menggalang dana sukarela dari publik untuk membiayai kampanye. Penggalangan dana itu menjadi ukur dukungan masyarakat terhadap Sultan.

Sultan juga telah mendeklarasikan tim relawan. Bertugas menjadi juru kampanye,  mereka terdiri dari 150 koordinator yang tersebar di 33 provinsi. Sekarang ini, tim itu sudah bergerilya di daerah-daerah, untuk menjual nama Sultan di seluruh Indonesia agar semakin populer di mata masyarakat.

Modal itu saja tidak cukup untuk ikut bursa pemilihan presiden. Sebab, Undang-Undang Pemilihan Presiden punya syarat berat. Dia harus diusung partai atau gabungan partai yang meraih 20 persen kursi di parlemen. Sementara Sultan belum mempunyai kendaraan politik yang menjamin pemenuhan syarat itu.

Kini telah ada Partai Republika Nusantara resmi menjadi kendaraan politiknya. Kendati baru satu partai itu yang mendukung, kelompok Sultan tetap semangat. “Perkembangan dukungan sangat bagus. Mulai banyak yang mendekat,” kata Sukardi Rinakit.

Pengamat budaya dan pengajar program pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, G Budi Subanar, mengatakan Sultan maju menjadi calon presiden karena diminta masyarakat. Menurutnya, ini indikasi yang  positif untuk maju. “Itu terbukti saat Pisowanan Ageng,” katanya.

Menurut Budi, hal itu merupakan budaya politik baru yang terjadi di Indonesia. Sebab, selama ini calon presiden selalu dikendalikan oleh elit politik. Sementara Sultan maju karena dorongan dari rakyat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya