Server KPU Ngadat Karena Kurang Perencanaan

Sumber :

VIVAnews -- Ngadatnya server untuk sistem tabulasi suara pemilu disebabkan lemahnya perencanaan Komisi Pemilihan Umum (KPU. Hal itu dikatakan oleh Hemat Dwi Nuryanto, bekas Sekretaris Tim Ahli KPU.

"Sejak awal, KPU memang tidak memiliki perencanaan yang matang," kata Hemat kepada VIVAnews, Senin 13 April 2009.

Seharusnya, kata Hemat, KPU membeli server baru untuk mendukung kelancaran sistem tabulasi pemilu elektronik, karena server lama sudah tidak mencukupi lagi.

Mudahnya, kata Hemat, kalau dulu pengakses internet cuma sekitar 5 juta, saat ini pengakses internet sudah sekitar 20 juta orang. Namun, KPU hanya melakukan upgrade terhadap server lamanya.

Padahal, anggaran pemeliharaan data center sebesar Rp 1,8 milyar, kata Hemat, sudah cukup bila digunakan untuk membeli beberapa server untuk meningkatkan kemampuan menangani data-data tabulasi suara.

"Uang sebesar itu sebenarnya bisa digunakan untuk membeli 10 server untuk membantu kelancaran IT KPU," kata Hemat.

Degan bujet sebesar itu, masing-masing server, sudah menggunakan dua prosesor Quad Core (empat inti), dengan kapasitas memori 8 GB, serta storage berkapasitas 24 Terabyte, termasuk penyimpanan untuk Data Recovery System.

Masing-masing server, kata Hemat, nilainya berkisar antara Rp 75-125 juta, sehingga uang sebesar Rp 1,8 milyar sudh mencukupi untuk melakukan pengadaan tersebut.

Sementara, menurut  Manajer Program Tim IT KPU dari Badan Penelitian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dwi Handoko, mengatakan bahwa saat ini KPU hanya menggunakan sekitar 6 buah server berprosesor dual core. Beberapa di antaranya malah sebenarnya komputer biasa milik BPPT yang kemudian di upgrade.

Maka tak heran, bila kemampuan server yang digunakan untuk menangani tabulasi nasional sempat down. "Server kami sempat down karena hit pengunjung sangat tinggi," ujar Dwi.

Lebih jauh, Hemat mengatakan, sebenarnya pemakaian hingga 10 server untuk tabulasi nasional kali ini, sebenarnya juga merupakan spesifikasi minimalis.

Hitung-hitungan tersebut, didasari dengan asumsi ada sekitar 20-30 juta pengunjung internet yang mengunjung situs KPU. Setiap hari, semua pengunjung, kata Hemat, diasumsikan melakukan sekitar 10 klik di situs tersebut.

Bila kondisi di lapangan melebihi asumsi tersebut, otomatis, spesifikasinya server juga harus ditingkatkan, misalnya dengan menggunakan prosesor Power 5 milik IBM atau Sparc milik Sun Microsystems.

Sejak pagi hari hingga siang ini, website KPU (http://tnp.kpu.go.id/2009/) juga beberapa kali bermasalah. Beberapa kali, di halaman situs ini tertera tulisan. "Maaf, data tidak tersedia."

Di kesempatan lain, grafik batang yang menunjukkan perolehan suara masing-masing partai juga tak nampak.

Saat hendak dikonfirmasi tentang ketidak beresan ini dan apa saja yang telah dikerjakan oleh PT Lapi Divusi yang memenangkan tender pemeliharaan data center KPU senilai Rp 1,8 miliar, Ketua Data KPU Emil Tarigan enggan berkomentar.

"Saya tidak tahu menahu tentang hal-hal teknis. Tolong tanyakan saja kepada Pak Husni Fahmi (Ketua Tim IT BPPT)," kata Emil kepada VIVAnews, Senin 13 April 2009. Padahal, hingga kini, Husni juga belum dapat dihubungi.

Sementara BPPT sendiri baru bergabung membantu KPU pada 12 Maret lalu. Menurut Hemat, segala keputusan pengadaan dan perencanaan teknologi informasi KPU dilakukan sendiri oleh KPU sebelum tim BPPT bergabung.