Bungkam, Antasari Hanya Tebar Senyum

Sumber :

VIVAnews - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi non-aktif, Antasari Azhar, memenuhi panggilan polisi. Ia didampingi sejumlah pengacaranya.

Sesaat setelah turun dari mobil Toyota B 183 DT, Antasari langsung menyapa para pekerja media dengan senyum ramah, di Mapolda Metro Jaya, Senin 4 Mei 2009.

Suasana sedikit ricuh saat wartawan berusaha mendapat komentar dari Antasari. Beberapa wartawan bahkan terjatuh akibat desak-desakan.

Tak ada komentar. Antasari terus menebar senyum setiap kali disodori pertanyaan oleh puluhan wartawan. Namun saat ditanya kabarnya, ia menjawab," Baik." Kemarin, Antasari memang mengatakan mulai hari ini tak akan berkomentar kepada media. Alasannya, ia tak ingin mengganggu proses penyidikan polisi.

Antasari dijadwalkan menjalani pemeriksaan mulai pukul 10.00. Antasari diperiksa sebagai saksi kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.

Antasari diduga sebagai dalang atau otak pembunuhan terhadap Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Sembilan tersangka telah ditahan. Mereka adalah eksekutor dan operator lapangan. Satu di antaranya adalah pengusaha sekaligus politisi Sigid Haryo Wibisono.

Dalam surat perintah cekal dari kepolisian yang dibacakan Kejaksaan Agung, Antasari telah berstatus sebagai tersangka sejak pekan lalu. Surat perintah cekal itu ditandatangani Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Susno Duadji. Namun saat dikonfirmasi, polisi teguh status Antasar masih saksi.

Nasrudin ditembak usai bermain golf di Padang Golf Modernland, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 14.00, Sabtu 14 Maret 2009. Ia ditembak di dekat mal Metropolis Town Square.

Mobil BMW silver miliknya tiba-tiba dipepet dua pria mengendarai sepeda motor. Salah seorang pengendara langsung memuntahkan dua peluru ke arah kepala Nasrudin yang duduk di kursi belakang.

Seketika, sopir korban langsung membawanya ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang. Kondisi Nasrudin dinyatakan kritis. Rumah sakit itu pun tak mampu menanganinya dan merujuknya ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Nasrudin meninggal 22 jam kemudian.