Melambat, Harga Properti Naik

Sumber :

VIVAnews - Pengamat Properti Panangian Simanungkalit menyatakan, sektor properti komersial mengalami stagnasi selama 2009. Kelebihan suplai dan keadaan ekonomi yang menurun memicu hal itu.
 
Panangian mengatakan pergerakan suku bunga berkaitan erat dengan siklus bisnis properti. Pada 2006 - 2007 dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia berada pada kisaran 8 - 9 persen, dengan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah 10 - 11 persen siklus properti mengalami pertumbuhan. 
 
Pada saat BI Rate naik ke 9,5 - 10,5 persen pada 2007 - 2008, mengakibatkan suku bunga KPR akan ikut melonjak naik menjadi 15 - 16 persen. "Siklus properti mengalami penurunan signifikan dan berada di titik terendah," kata Panangian di Jakarta, Kamis 19 Februari 2009.
 
Siklus properti akan kembali meningkat saat BI Rate turun pada kisaran 6,5 hingga 7,0 persen dan diikuti suku bunga KPR 9,5 hingga 10 persen. Panangian memperkirakan titik pertemuan penurunan SBI akan menciptakan keseimbangan baru dan mendorong penawaran dan permintaan kembali pada 2010 - 2012. 
 
Melihat kondisi ini, menurut Panangian, pembangunan properti komersial akan menurun akibat kelebihan suplai dan kegiatan ekonomi yang melambat. "Kenaikan harga properti komersial melambat, kecuali yang berada di lokasi tertentu akan terus naik," katanya. 
 
Meski terjadi perlambatan pertumbuhan, Panangian mengatakan, investasi properti masih menarik dengan meningkatnya harga rumah dan harga tanah rata-rata 10 - 20 persen.
 
Tren suku bunga termasuk KPR yang tidak selalu mengikuti BI rate pada tahun ini masih menjadi kendala penyaluran kredit sektor perumahan. Suku bunga kredit konstruksi, KPR dan Kredit Pemilikan Apartemen akan fluktuatif dengan penyaluran yang ketat.
 
Dampak krisis global, Panangian mengatakan, pada sisi permintaan mempengaruhi dengan ancaman pemutusan hubungan kerja, syarat tenor yang diperketat menjadi di bawah 15 tahun serta persyaratan uang muka diperbesar menjadi 30 persen. Bersamaan kemampuan masyarakat menyediakan uang muka dan membayar cicilan menurun.
 
Naiknya suku bunga konstruksi, masalah kejelasan perizinan, rancang bangun yang efektif, serta harga bahan bangunan, menurut dua menjadi penentu dari sisi pasokan. 
 
Dia menyarankan agar pemerintah mempertahankan momentum percepatan pembangunan di sisi penyediaan serta memperkuat daya beli agar meningkatkan permintaan.