"Tak Mengganggu Hubungan Yudhoyono-Kalla"

Sumber :

VIVAnews -- Langkah Partai Golkar yang hendak mengajukan calon presiden alternatif, dipastikan tak mengganggu hubungan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kallaf di pemerintahan.

"Kami kompak-kompak saja. Golkar kami anggap saudara tua," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Achmad Mubarok, kepada VIVAnews di Jakarta.

Yudhoyono dan Kalla adalah pasangan yang memenangkan pemilihan umum 2004. Mereka mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Yudhoyono-Kalla menjadi pemimpin di negeri ini.  Dalam pemilu 2009 ini, Yudhoyono kembali bertarung melalui Partai Demokrat.

Hingga hari ini, Jumat 29 Januari 2009, lawannya yang kuat baru Megawati, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun kedua tokoh ini belum menentukan siapa wakilnya.

Itulah sebabnya, nasib Kalla sebagai Ketua Partai Golkar masih mengambang. Partainya juga belum mengusungnya sebagai calon presiden.

Belakangan muncul nama Sultan Hamengkubuwono X yang mengajukan diri sebagai calon presiden. Tetapi tokoh Golkar ini bukan diajukan oleh partainya, melainkan diusung Partai Republikan. Hingga kemudian namanya bergaung di PDI sebagai calon wakil presiden untuk Megawati.

Bahkan dalam rapat kerja nasional PDIP di Solo, nama Sultan paling banyak dipilih untuk mendampingi Megawati. Maka Golkar pun mulai pasang rencana mengusung calon sendiri. Rencana ini tentu berpengaruh juga bagi Partai Demokrat.

Tetapi Achmad Mubarok menilai manuver Golkar adalah biasa. "Itu merupakan bagian dari strategi menghangatkan suasana menjelang pemilu atau warming-up, yang juga bagian dari konsumsi publik," katanya.

"Golkar sebagai institusi politik kan harus tetap bermartabat di hadapan publik. Untuk kepentingan opini publik, masing-masing partai tentu punya cara."

Bahkan Achmad Mubarok berani menjamin Golkar tidak mungkin mengumumkan capres sebelum pemilu legislatif. "Golkar kan partai besar, dan ini merupakan masa peralihan, jadi wajar bila suara Golkar tidak satu," katanya. "Namun tidak ada perubahan sikap politik mendasar pada Golkar dan Demokrat."