"Saya Tak Berharap Dukungan Tentara"

Sumber :

VIVAnews – MENCUATNYA dugaan adanya gerakan ‘Asal Bukan Presiden S’ (ABS) di tubuh militer, membuat orang menduga-duga bahwa hal ini berkaitan dengan Prabowo Subianto. Maklum, Letnan Jenderal Purnawirawan itu memang sedang meroket. Tingkat elektabilitasnya melejit, menyalip nama-nama besar seperti Jusuf Kalla, dan Hidayat Nur Wahid.

Berikut wawancara wartawan VIVAnews, Mohammad Adam dengan Prabowo mengenai hal-hal  tersebut:

Tanggapan Anda soal gerakan ABS?

Saya tidak mau menanggapi kalau itu cuma isu.

Kabarnya ada upaya purnawirawan menarik-narik anggota TNI yang masih aktif. Tudingan itu diarahkan pada partai yang dipimpin oleh mantan petinggi militer, bagaimana komentar Anda?

Hahahahaha... Sekarang saya sama dengan Anda. Saya ini rakyat biasa, mantan tentara. Tidak pernah saya mau menarik tentara aktif.

Tentara aktif itu kalau dijumlahkan berapa, 300 ribu? Dengan keluarganya berapa? Jika dikalikan empat jumlahnya hanya 1,2 juta. Sementara rakyat kita yang memilih jumlahnya 150 juta.

Jadi Anda tidak mengandalkan dukungan tentara aktif?

Jangan lah kita terbawa dengan fobia-fobia pada masa lalu. Kalau bagi saya, Gerindra perlu menang dengan puluhan juta suara. Maka tidak bisa hanya mengandalkan dukungan tentara aktif.

Saya tidak berharap dukungan tentara aktif. Saya tidak mau. Saya tidak ingin tentara terlibat dalam politik praktis. Jadi saya tidak terlalu menanggapi isu-isu semacam itu.

Menurut Anda, netralitas TNI sebenarnya bagaimana?

Kita berharap TNI netral. Saya kira itu yang kita harapkan bahwa militer benar-benar netral.  Jangan sampai dijadikan alat mana pun.

Bagaimana kans Anda pada pemilihan presiden 2009?

Ya, ujiannya  nanti tanggal 9 April. Saat pemilu legislatif. Kalau Insyaallah kita tembus 20 persen, berarti  Gerindra boleh mencalonkan presiden. Nah, pada saat itu berarti kita akan berjuang lagi dengan menawarkan suatu solusi alternatif.

Begini. Kalau anda perhatikan, Gerindra sekarang satu-satunya partai yang berani mengatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia keliru.

Kenapa keliru?

Saya satu-satunya yang berani mengatakan, sambil menunggu yang lain untuk ikut mengakui, bahwa sistem kapitalisme laissez faire, sistem kapitalisme neoliberal tanpa kendali, sudah gagal di negaranya sendiri.

Di Amerika itu, mereka sudah meninggalkan kapitalisme. Obama sendiri sudah melaksanakan ekonomi kerakyatan. Pemerintahnya sudah melakukan intervensi.

Bahkan, sekarang sudah ada desakan pemerintah Amerika menasionalisasi semua bank di Amerika.

Bayangkan pusatnya kapitalisme, pusatnya pasar bebas, terjadi desakan dari para ahli ekonomi. Tidak ada jalan lain bagi pemerintah Amerika selain harus nasionalisasi semua banknya kalau mau selamat.

Inggris sudah menasionalisasi juga beberapa banknya. Perancis sudah menasionalisasi beberapa bank. Nah, indonesia ini bagaimana?

Indonesia ini... Sepertinya kita malu-malu atau pura-pura tidak tahu, atau... bagaimana? Menurut saya ini kegagalan dari elit. Elit tidak mau mengakui bahwa selama ini kita keliru.

Bagaimana dukungan terhadap Anda sebagai calon presiden nanti?


Hari ini anggota Gerindra yang punya KTA (kartu tanda anggota) jumlahnya sudah 10 juta. Masih ada dua juta lagi yang sudah terkumpul tapi belum diproses kartunya. Rata-rata tiap kabupaten 5 ribu. Ada yang 7 ribu, 3 ribu. Tapi kalau diambil rata-rata ada 5 ribu anggota baru.

Jika 5 ribu kali  5 ratus kabupaten itu kemungkinan kan ada 2,5 juta. Maka, dalam dua minggu kami akan menjadi 12 sampai 12,5 juta (anggota).

Anda hitung sendiri kalau 12 juta yang maju ke TPS (tempat pemungutan suara). Bila dia mengajak istrinya saja atau keponakannya atau iparnya, itu sudah berapa?

Bagaimana dengan hasil survei?

Kita jangan terjebak dengan survei-survei. Survei itu kan dibayar. Kita maju dengan suatu perjuangan. Kalau kita mau enak-enak tidak usah kita maju. Lha untuk apa kita maju? Habis tenaga, habis pikiran, habis harta...

Anda tahu ada berapa kader saya yang datang ke sekretariat naik motor mati ditabrak.  Ada yang mati karena kelelahan. Itu kan dia mengorbankan jiwa raganya untuk partai. Kenapa? Karena cita-cita. Cita-citanya apa? Kerakyatan. Cita-citanya mengembalikan Indonesia ke jalan Undang-Undang Dasar 1945.

Itu perjuangan kita. Ini tidak sekedar perjuangan. Ini pengorbanan.

Biaya iklan Anda dan Gerindra didanai dari hasil penjualan kilang minyak di Kazakhstan?

Lho, saya kan terpaksa jadi pedagang, pengusaha. Sudah sepuluh tahun.

Saya tidak pernah korupsi. Saya tidak pernah curi uang. Anda bisa lihat track record keluarga kami di bank-bank pemerintah. Apakah kami masih ada utang atau tidak.

Jadi, kalau sebagai pedagang kami dapat keuntungan lalu keuntungan itu mau kita pakai untuk kepentingan rakyat indonesia, kenapa harus dicurigai?

Asal anda tahu, umur 18 tahun saya sudah tanda tangan sumpah prajurit. Saya sudah siap mati untuk Republik ini pada umur 18 tahun. Jiwa dan raga. Saya sudah siap mempersembahkan untuk Republik ini. Apalagi kalau hanya harta.

Kenapa (iklan saya) harus dicurigai? Kenapa iklan-iklan yang menganjurkan untuk membeli produk asing tidak ada yang ribut? Coba iklan saya apa pesannya? Beli produk petani indonesia!

Sekarang kalau kita bicara demokrasi, kita harus bicara media massa. Kalau  media massa mainstream-nya sudah dikuasai modal besar, saya pakai apa? Saya terpaksa juga pakai sistem itu, terpaksa harus pakai iklan.

Anda disebut merupakan kuda hitam dalam pemilihan calon presiden. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya maju bersama pribadi-pribadi ini (Prabowo menunjuk jajaran pengurus Gerindra, di antaranya Permadi dan Muchdi PR).

Tokoh-tokoh dan pribadi-pribadi ini kan berjiwa pejuang juga. Kalau mau enak mereka lebih baik di rumah. Buat apa mengurusi politik. Kenapa? Karena kita melihat keadaan negara sedang susah.

Kamu tanya umur pak Permadi itu berapa? Kenapa dia masih berjuang? Kalau kita mau apatis, menyerah, kita diam saja. Kita ini melihat generasi kalian (menunjuk VIVAnews) akan menjadi bangsa kacung. Jadi sebelum kita dipanggil oleh Tuhan yang maha kuasa kita mau berjuang habis-habisan.

Mereka seharusnya sudah pensiun. Saya juga sebenarnya berhak istirahat. Tapi negara dalam keadaan seperti ini. Saya sebagai patriot tidak bisa diam saja. Begitu alasannya.