Rencana Ekspor Beras Tidak Menguntungkan

Sumber :

VIVAnews - Rencana ekspor beras yang akan direalisasikan pada April 2009 dinilai tidak menguntungkan secara ekonomi.

"Tren harga beras internasional saat ini terus melemah," kata ekonom dari The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, saat diskusi bertajuk 'Kinerja Ekonomi dan Keuangan Terkini serta Outlook 2009' di Jakarta, Minggu, 29 Maret 2009.
 
Menurut dia, rencana ekspor beras harus dihitung secara ekonomi apakah menguntungkan atau hanya sekedar simbol politik.
 
Kecenderungan harga beras, Sunarsip menjelaskan, akan terus turun dari posisi saat ini sekitar US$ 475 per ton. Padahal, posisi Agustus 2008 pernah mencapai US$ 800 per ton.

"Setidaknya harga beras untuk ekspor yang aman jika mendekati harga tertinggi tahun lalu," ujarnya.
 
Oleh karena itu, Sunarsip menilai ekspor beras sebaiknya ditunda hingga semester kedua 2009 karena diperkirakan puncak krisis pada paruh pertama tahun ini.

Selain itu, ekspor beras dalam swasembada beras yang pertama kali terjadi ini perlu dipersiapkan matang, karena dikhawatirkan akan terjadi kelangkaan untuk kebutuhan domestik.
 
"Apalagi pada musim-musim ini, perlu ada antisipasi kelangkaan," ujarnya.
 
Sunarsip menjelaskan, pola penurunan dan kenaikan harga beras akan menyesuaikan konsumsi pangan dunia. "Saat ini tingkat konsumsi sedang rendah akibat krisis," ujarnya.

Pola yang sama terjadi pada harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) meski belakangan ini sedikit naik.
 
Harga CPO diperkirakan naik di atas US$ 500 per ton dengan mengikuti kenaikan harga minyak mentah dunia. "Kisarannya 10 kali lipat harga minyak mentah," ujarnya.

Harga minyak mentah diperkirakan mampu mencapai US$ 50 per barel hingga semester pertama 2009.
 
"Harga minyak mentah terpengaruh juga dengan sentimen positif dari pemerintah Amerika Serikat yang mengeluarkan stimulus," katanya. Namun, permintaan China diperkirakan turun karena konsumsi energi dari negara tersebut berpotensi melemah.