Ekonomi Jepang Anjlok, Saham Asia Berguguran

Sumber :

VIVAnews - Indeks harga saham di sebagian besar bursa utama di Asia anjlok di akhir perdagangan Senin sore, 16 Februari 2009. Penyebabnya adalah kemerosotan terparah ekonomi Jepang dalam 35 tahun terakhir. Selain itu juga muncul peringatan dari menteri-menteri keuangan dari tujuh negara ekonomi maju (G7) bahwa ekonomi global akan berjalan lamban di tahun mendatang.

Berdasarkan laporan tingkat produk domestik bruto (GDP) periode Oktober-Desember 2008, pertumbuhan ekonomi Jepang turun 12,7 persen akibat anjloknya permintaan global. Para investor juga kecewa setelah kelompok G7 menyelesaikan pertemuan mereka di Roma, Italia, dan berjanji akan bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak menyajikan program-program kongkrit.

Analis mengatakan, investor makin tidak yakin pemerintah negara-negara di dunia bertindak aktif untuk memecahkan masalah krisis kredit, anjloknya permintaan konsumen, dan masalah lain yang menjadi pangkal pelemahan ekonomi.

"Resesi global ternyata lebih dalam. Di saat yang sama, para pembuat kebijakan gagal menyusun program untuk menyelesaikan masalah-masalah itu," kata Dariusz Kowalczyk, ahli strategi investasi di SJS Markets, Hong Kong. "Sepertinya apa yang mereka lakukan itu terlalu sedikit dan terlalu lambat," lanjutnya.

Indeks Nikkei 225 (Jepang) anjlok 22,45 poin (0,3 persen) menjadi 7.756,95, dan indeks Hang Seng (Hong Kong) jatuh 204,62 poin (1,5 persen) menjadi 13.350,05. Indeks Kospi (Korea Selatan) kehilangan 1,4 persen menjadi 1.176,23. Indeks saham di Australia, India, dan Singapura juga mengalami penurunan. Sedangkan indeks acuan di Shanghai dan Taiwan naik.

Di pasar valuta, nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) melemah menjadi 91,77 yen per dolar AS, turun dari 91,87 yen per dolar pada Jumat pekan lalu. Nilai euro jatuh menjadi US$ 1,2743 per 1 euro dibanding sebelumnya yang bernilai US$ 1,2860 per 1 euro.

Harga minyak mentah light sweet stabil setelah membumbung 10 persen pekan lalu. Hari ini minyak mentah diperdagangkan 13 sen lebih tinggi pada harga US$ 37,64 per barel untuk pengiriman Maret. Nilai kontrak naik US$ 3,53 menjadi US$ 37,51 per barel di New York Mercantile Exchange, pada Jumat pekan lalu. (AP)