Proyek Samping (V)

Sumber :

VIVAnews - Suatu ketika, sebelum pulang ke desanya, Serma Tohir bilang, "Pak Djoko, saya titip pistol FN." "Jangan pak, kok macam-macam aja titip pistol!"."Nggak apa-apa, saya malas setiap kali harus bawa pistol". "Kalau ketahuan kan berbahaya!" "Jangan khawatir, saya percaya pak Djoko".

Keesokan harinya saya harus bersandiwara, berselimutkan sarung dengan sepucuk pistol FN dibawah bantal. Saya benar-benar tidak berani keluar kamar, tidak juga pergi mandi ke sungai. Memang kamar ada pintunya, tetapi kunci pintu tidak ada dan siapa saja bisa keluar masuk dengan bebas.

Pak haji dan isterinya kalau lewat Isya sudah mendengkur di dalam dan suaranya jelas terdengar dari kamar saya lewat celah dinding bambu.  Saya pikir, apakah ini bukan jebakan pak Tohir? Saya periksa pistol FN tersebut dan magazijn-nya lengkap berisi peluru.

Waktu masih jadi mahasiswa ITB, saya pernah ikut  wajib latih (Wala) dan sedikit banyak belajar bongkar pasang senjata juga. Kalau mau berbuat jahat dengan sepucuk pestol berisi 9 peluru tajam, apalah artinya?

Beruntung Sultan (Komandan Korem) pada hari sial tersebut tidak datang kontrol ke proyek. Kalau Sultan kontrol dan kebetulan ada mesin mogok, pasti saya dipanggil dan harus keluar kamar. Dimana mau saya taruh pestol ini?

Serma Tohir memang seorang bintara polos, lugu dan punya rasa solidaritas tinggi. Kalau beras pembagian tapol terlambat datang, Serma Tohir sering meminjamkan beras pembagian keluarganya pada kami.

"Pak Djoko, kalau beras pembagian Korem terlambat, bilang".Dan saya jadi repot karena beras pembagian pak Tohir mutunya bagus sedang beras pembagian tapol kan beras sisa-sisa sapu gudang. jadi jangan heran kalau suatu saat pembagian beras yang kami terima bercampur sampah.

Dalam istilah teman-teman tapol, beras semacam ini disebut "beras untuk bebek". Pak Tohir ini suatu ketika pernah bilang,”Pak Djoko, saya ini pengin jadi lurah kalau pensiun nanti. Bagaimana caranya supaya saya bisa kepilih. Masalahnya, saingan saya adalah Komandan Koramil!"

"Begini pak Tohir, bilang saja pada orang-orang di desa pak Tohir bahwa kalau terpilih nanti, pak Tohir mau bikin arisan kain kafan!" "Kok kain kafan? itu kan untuk orang mati?" "Justru itu yang menarik,karena tidak ada orang mau berebut minta jatah kan? Yang minta jatah kan harus mati dulu? Paham?"

Dan saat pensiun, dia naik pangkat sebagai Peltu dan benar-benar berhasil jadi lurah."Benar pak Djoko, stok kain kafan di kelurahan utuh saja, belum ada yang meninggal he...he...he!"
    
Saya prihatin kalau pak Kaspian, tapol yang sudah uzur, di siang hari di bawah terik panas siang hari tertatih-tatih memikul jatah makan siang teman-teman yang bekerja di jalan, entah di  pengamparan atau di pengaspalan.

Kalau jatah beras dari Korem yang jelas di bawah standar dan jumlahnya sering tidak cukup, kemudian lauknya ikan asin yang dibakar (kami tidak mampu beli minyak goreng), saya hanya bisa mengurut dada.

Inilah republik tercinta, mau menyekap tapol tapi tidak mau ngempanin. Karena itu saya selalu mengingatkan Ir.Mamad yang sering ke Karangantu, kirim ikan teri! bersambung..