Bagaimana Menghadapi Gertakan

Sumber :

VIVAnews - Menurut Rabbi Shmuley, di zaman seperti ini gertakan tidak lagi hanya sekadar meledek atau menggodai rekan di sekolah. Gertakan (bullying) di antara anak-anak masa kini bisa berubah menjadi tindakan kekerasan atau bahkan mematikan.

Anak perempuan, sama seperti anak laki-laki juga kini selain menjadi objek gertakan sudah mulai melakukan gertakan. Lalu, apa penyebab kelakuan buruk ini, bagaimana tindakan orang tua untuk menghentikannya? Berikut ini pendapat dan nasihat Rabbi Shmuley.

Mengapa anak-anak saling menggertak
• Anak saat ini semakin agresif. Shmuley mengatakan bahwa anak-anak meniru kekerasan yang ada di video game, siaran televisi dan film yang mereka tonton.

• Rumah tangga yang tidak harmonis. Banyak orang tua yang saling berselisih di hadapan anak-anaknya dan akhirnya sang anak menyerap tindak-tanduk kedua orangtuanya. “Ketika Anda menghabiskan banyak waktu untuk bertengkar dengan pasangan, Anda hanya akan memiliki sedikit energi yang tersisa untuk mendisiplinkan anak-anak. Akhirnya mereka akan menjadi penggertak,” kata Shmuley.

• Anak saat ini emosional. Mereka marah karena diabaikan oleh orang tuanya, kecewa karena tidak mendapatkan perhatian. Akibat orang tuanya semakin terus mengabaikan, mereka merasa benci, lalu kemudian mencari korban di sekitarnya untuk pelampiasan.

• Anak saat ini digertak oleh orangtuanya. Orang tua saat ini bekerja terlalu keras dan kelelahan. “Sampai di rumah, bukannya memberikan inspirasi pada anak-anaknya dengan melakukan komunikasi dari hati ke hati, orang tua cenderung memaki dan menyalahkan terus menerus. Akhirnya anak-anak melakukan gertakan pada rekan-rekannya,” kata Shmuley.

Solusi untuk membantu anak mengatasi gertakan
• Jangan pernah menunjukkan ketakutan atas gertakan. “Jangan tanggapi orang yang menggertak, tetapi juga jangan lari darinya,” kata Shmuley. “Jalankan saja aktivitas seperti biasa seperti layaknya orang itu tidak ada di sekitar.”

• Pastikan si penggertak mengetahui bahwa tindakannya akan dilaporkan. Sebagai contoh, ketika penggertak mengatakan “Kamu cengeng, kamu pengadu,” santai saja dan katakan “Saya tetap akan mengadukanmu (pada guru). Saya tidak takut padamu dan tidak peduli apapun yang kamu katakan.”

• Laporkan si penggertak itu langsung ke gurunya atau ke kepala sekolah. Sampai di rumah, sampaikan juga pada kedua orang tua.

• Jangan gertak balik. Anak-anak tidak perlu menunjukkan bahwa mereka sama hebat dengan si pengintimidasi karena dalam proses itu nantinya mereka akan kehilangan ketidakbersalahannya. Sebaiknya ajarkan pada anak-anak untuk tegar menghadapi gertakan dan laporkan gertakan itu pada gurunya di sekolah.

• Orang tua perlu menindaklanjuti. Hubungi pihak sekolah dan pastikan guru atau kepala sekolah mengetahui bahwa Anda tidak mentolerasi apa yang diperbuat teman-teman anak Anda padanya. Kalau Anda merasa guru atau kepala sekolah tidak memperhatikan keluhan Anda, laporkan pada dewan sekolah. Jangan tempatkan anak Anda di lingkungan di mana mereka bisa disakiti. Anda adalah orangtua dan Andalah yang bertanggungjawab secara penuh atas keselamatan anak Anda.

Pesan Shmuley
Sama sekali tidak ada tempat untuk gertakan di sekolah. Anak-anak harus diajarkan untuk melaporkan setiap gertakan langsung dan tidak perlu takut akan pembalasan. Orang tua harus mengajarkan anak-anaknya untuk tegar menghadapi gertakan dan tidak menjadi seorang penggertak, bahkan untuk melindungi diri sendiri. Guru dan kepala sekolah yang tidak menanggapi secara serius masalah gertak-menggertak yang terjadi di sekolah seharusnya dibebas tugaskan.