Eksposure Derivatif BUMN Capai US$ 4 Miliar

Sumber :

VIVAnews - Eksposure transaksi derivatif yang dilakukan beberapa Badan Usaha Milik Negara diduga bernilai lebih dari US$ 4 miliar. Jumlah ini jauh dari dugaan kerugian sebelumnya yang diperkirakan antara US$ 1-3 miliar.

Estimasi angka terakhir ini diungkapkan anggota Komisi XI DPR Dradjad H Wibowo di Departemen Keuangan, Rabu, 29 Januari 2009.

Menurutnya angka ini bisa lebih karena transaksi yang baru disepakati mulai akhir tahun lalu. "Baru sekitar September kontraknya, padahal berlaku untuk satu tahun," kata Dradjad.

Padahal, kata dia, eksposure rupiah saat ini bisa dibilang stabil. Dari sisi makro global pun kondisi rupiah dinilai  pada kondisi wajar.  "Nanti kita tunggu laporan rugi-laba mereka, angka terakhir sudah US$ 4 miliar," paparnya.

Drajad juga menyinggung dampak kerugian transaksi derivatif ini akan jauh lebih besar dari yang pernah diprediksi sebelumnya. Kemungkinan ini bisa terjadi karena ada indikasi bank nasional yang diduga menjual produk derivatif tersebut ternyata adalah agen.  "Jadi dampaknya akan besar karena mereka hanya agennya saja," ujar dia.

Masalahnya menjadi semakin berat karena bank yang menerbitkan produk derivatif adalah bank luar. Sehingga tidak hanya nasabah BUMN yang rugi, melainkan bank yang menjadi agen juga ikut rugi. "Dua-duanya tidak ada yang untung," kata dia sambil menambahkan  bahwa potensi kerugian ini akan besar dan berefek panjang.

Pernyataan ini bertentangan dengan yang dijelaskan oleh Bank Indonesia. Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad akhir pekan lalu mengatakan bahwa Transaksi produk derivatif yang dilakukan oleh beberapa bank tidak berdampak signifikan ke perbankan nasional. Secara sistem, menurutnya, pengaruh kerugian hanya terlihat pada Capital Adequacy ratio (CAR) bank yang bertransaksi.