Ribuan Warga Kupang Tak Ikut Pemilu

Sumber :

VIVAnews - Ribuan warga Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Belu, Nusa Tenggara Timur, tidak mengikuti Pemilu. Mereka memilih mengikuti prosesi Samana Santa di Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Para peziarah yang mayoritas Umat Katolik ini menggunakan KM. Sirimau dan dua armada ferry ASDP.

“Bosan ikut Pemilu. Tak banyak perubahan yang akan terjadi. Lebih baik kami sekeluarga mengikuti prosesi Samana Santa di Larantuka. Dengan mengikuti ritual keagamaan ini, kami percaya akan mendapat banyak berkat,” kata Marthinus da Costa, warga Kota Kupang. Ia bersama empat anggota keluarganya, berlayar ke Flores Timur menggunakan KM. Sirimau.

Anggota Komisi Pemilihan Umum NTT, Muhammad Qazim, mengatakan, ribuan warga yang berziarah ke Larantuka, tak mungkin diakomodasi sebagai pemilih di Flores Timur, karena cadangan surat suara hanya 2 persen. ”Apalagi Pemilu di Flores Timur dan Lembata baru akan berlangsung 14 April,” katanya, Kamis 9 April 2009.

Sekretaris Panitia Pekan Suci Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka 2009, Yodi Fernandez, yang dihubungi terpisah mengatakan, lebih dari 1.000 peziarah telah tiba di daerah itu. ”Sebagian besar dari Kupang, Jawa, Sumatera dan Kalimantan,” kata Yodi.

Prosesi Samana Santa, biasanya berlangsung selama selama sepekan. Jalan-jalan di kota Larantuka di blokir dan tidak boleh ada bunyi pengeras suara. Prosesi ini dimulai sejak Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Santo, Minggu Paskah sampai Paskah kedua, yang jatuh pada Senin.

Ribuan Surat Suara Hilang

Selain aksi Golput, Pemilu di NTT juga diwarnai hilangnya surat suara. Lebih dari 1.000 lembar surat suara DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota dilaporkan hilang. Aparat kepolisian sementara menyelidiki kasus ini.

Ketua KPU Kota Kupang, Daniel Bangu Ratu, yang dihubungi di Kupang, mengatakan, kehilangan ini tergolong aneh karena pada saat pendistribusian ke PPS dan KPPS, seluruh kotak suara yang berisi logistik dalam keadaan terkunci dan disegel.

”Kasus ini diketahui setelah banyak KPPS yang melaporkan adanya kekurangan surat suara. Anehnya, kekurangan mencapai lebih dari 100 lembar disetiap TPS,” kata Daniel.

Menurutnya, pendistribusian logistik ke setiap TPS disesuaikan dengan jumlah pemilih. ”Kami melakukan pemeriksaan berulang kali sebelum mengirim ke TPS,” ujarnya. Dia menduga, ada pihak tertentu yang sengaja melakukan sabotase. ”Yang menjadi persoalan adalah, suat suara ini hilang di mana,” lanjut Daniel.

Dugaan adanya sabotase karena segel kotak suara yang berisi logistik Pemilu gampang dibuka. ”Apalagi, kunci peti logistik tidak disimpan, melainkan digantung saja di kunci kotak suara,” katanya. Terhadap TPS yang mengalami kekurangan surat suara, menurut Daniel, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan KPU provinsi untuk diganti.

Laporan Jemris Fointuna | Kupang