WIKA Perpanjang Buyback

Sumber :

VIVAnews – PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berencana membeli kembali (buyback) sahamnya melalui pasar modal dalam waktu dekat ini.

Sumber VIVAnews mengatakan, perseroan kabarnya sudah menyampaikan rencana tersebut pada pihak otoritas bursa. "Hal itu ditempuh Wijaya Karya, karena perseroan masih memiliki dana yang cukup selain untuk ekspansi usaha di tahun ini," jelasnya di Jakarta, Rabu malam, 21 Januari 2009.

Presiden Direktur Wijaya Karya Bintang Perbowo ketika dimintai konfirmasi mengakui, perseroan akan membeli kembali sahamnya di pasar modal. "Betul, kita akan buyback saham lagi," ujarnya kepada VIVanews di Jakarta, Kamis, 22 Januari 2009.

Per 31 Desember 2008, Negara Republik Indonesia menguasai saham berkode WIKA sebanyak 68,42 persen dan sisanya dimiliki publik.

Pada perdagangan sesi I Kamis, 22 Januari 2009 pukul 09.50 WIB, WIKA menguat Rp 5 ke level Rp 210. Broker PT Dhanawibawa Arta Cemerlang dengan kode broker TX tercatat sebagai broker yang paling banyak mengoleksi saham Wijaya Karya.

Menurut Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing, rencana buyback saham bisa saja dilakukan lagi oleh WIKA, asal perseroan memiliki posisi keuangan yang bagus.

"Sebab, perseroan tetap harus melakukan ekspansi usaha agar pendapatannya terus meningkat," ujarnya.
 
Namun, dia mengakui, dengan harga saham perseroan yang masih murah, investasi pada diri sendiri merupakan langkah positif yang bisa ditempuh setiap emiten.

"Jadi, momentum buyback saat ini bakal memberikan sentimen positif bagi pergerakan WIKA di pasar," tutur Pardomuan.

Diketahui, laba bersih perseroan dalam sembilan bulan pertama 2008 meningkat 18,7 persen menjadi Rp 84,91 miliar dari Rp 71,55 miliar di periode yang sama 2007.

Namun, laba bersih per saham justru turun menjadi Rp 14,52 dari Rp 35,73 pada periode yang sama tahun 2007 menyusul bertambahnya jumlah saham perseroan.

Sedangkan pendapatan usaha WIKA menjadi Rp 4,56 triliun pada kuartal III-2008 dari kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,59 triliun.