Romantisme Jerman di Kota Roma

Sumber :

VIVAnews - Piala Dunia selalu menjadi ajang pentasbihan paling sakral negara terkuat di sepakbola planet ini. Sepakbola klasik mencatatkan timnas Jerman sebagai salah satu kekuatan terbaik di dunia.

Terakhir kali, romantisme kekuatan Der Panzer ditoreh di sepakbola modern pada Piala Dunia 1990 Italia. Pada partai puncak yang digelar di Roma, efisiensi timnas Jerman yang saat itu masih membawa nama Jerman Barat berhasil menaklukkan raksasa sepakabola Argentina 1-0.

Itu menjadi gelar ketiga setelah PD 1954 dan 1974. Skuad timnas Jerman 1990 ini telah menjadi sejarah terkini yang dapat dibanggakan masyarakat Jerman saat ini. Tak salah jika romantisme era Franz Beckenbauer ini selalu hidup di benak setiap penduduk Jerman.

Nah, untuk menghidupkan romantisme Der Panzer 1990, tentu sangat menarik mengetahui perkembangan terkini para pelaku sejarah negeri Bavarian ini.

Berikut ini 13 pahlawan Der Panzer yang akan selalu menjadi sosok paling dikenang dalam sepakbola Jerman saat ini:

Kiper:
1. Bodo Illgner


Saat mempersembah gelar juara bagi Der Panzer, Illgner bermain untuk klub FC Koeln. Kegemilangan di Italia itu yang membuat Real Madrid memboyongnya pada 1996 silam. Penampilan terbaik Illgner di Italia terjadi saat babak semifinal melawan Inggris.

Dalam drama adu penalti melawan The Three Lions itu, Illgner berhasil mementahkan tendangan Stuart Pearce dan Christopher Roland Waddle. Saat itu Der Panzer unggul 4-3.

Di Real, Illgner harus bertarung dengan Santiago Canizares untuk tempat pertama di bawah mistar. Illgner juga menjadi salah satu pahlawan kemenangan Los Blancos saat menekuk Juventus di final Liga Champions 1998.

Pada 1999, karir gemilang Illgner mulai meredup. Ia akhirnya tergusur oleh kiper muda Madrid, Iker Cassilas. Illgner akhirnya memutuskan pensiun pada 2000 silam.

Setelah pensiun, Illgner memutuskan tinggal di Alicante, Spanyol bersama istrinya, Bianca dan ketiga anaknya. Pria 41 tahun ini sempat menjadi komentator di Spanyol sebelum akhirnya hijrah ke Miami.

Bek:
2. Andreas Brehme


Inilah penentu kemenangan Jerman Barat atas timnas Tango di partai final. Penaltinya di menit 85 akan selalu dikenang masyarakat Jerman hingga saat ini. Usai final di Roma, Brehme bergabung dengan Internazionale Milan selama dua musim sebelum akhirnya hijrah ke Spanyol bersama Real Zaragoza.

Setelah satu musim di Zaragoza, Brehme akhirnya kembali ke Jerman membela Kaiserslautern. Brehme juga membantu Kaiserslautern merengkuh gelar Bundesliga pada 1998 dalam 120 penampilannya.

Setelah memutuskan gantung sepatu, Brehme mencoba terjun menjadi pelatih. Sayangnya, karirnya tak secemerlang saat menjadi pemain. Sempat dipercaya menangani Kaiserslautern selama dua musim, ia akhirnya dipecat. Setelah itu ia menjadi asisten Giovanni Trapattoni di Stuttgart, tapi juga menuai kegagalan.

Setelah gagal menjadi pelatih, kini Brehme menjadi duta besar bagi Asosisasi Sepakbola Jerman. Karirnya kini sepenuhnya didedikasikan buat generasi muda Jerman.

3. Juergen Koehler

Bek tengah Jerman ini berhasil dibeli Juventus pada 1991. Bersama La Vecchia Signora ia telah mempersembahkan scudetto pada 1995 dan Piala  UEFA pada 1993.

Pada 1995, Koehler kembali ke Bundesliga bersama Borussia Dortmund dan mempersembahkan dua gelar Liga Jerman dan sekali Liga Champions (1997). Koehler juga menjadi bagian dari Jerman saat memenangkan Piala Eropa pada 1996.

Pria 43 tahun ini akhirnya gantung sepatu pada 2002 dan bergabung dengan Johannes Loehr menjadi pelatih timnas U-21 Jerman. Satu tahun kemudian Koehler menjadi direktur olahraga Bayer Leverkusen. Pada 2006 ia sempat menjajal menjadi pelatih MSV Duisburg namun hanya bertahan emapt bulan. Pada Agustus 2008, dia menjadi pelatih di klub divisi tiga Jerman, VfR Aalen. Tapi atas pertimbangan kesehatan Koehler mundur dan memilih menjadi direktur olahraga.

4. Klaus Augenthaler

Selepas mempersembahkan gelar Piala Dunia Italia, Augenthaler pensiun pada 1991 dan memilih melatih tim muda Bayern Munich. Dari 1992 hingga 1997 dia menjadi asisten pelatih raksasa Bundesliga itu. Karir pelatihnya sendiri dimulai di klub Grazer AK pada 1997 tapi ia kembali ke Jerman pada 2000 menangani Nuernberg. Meski berhasil mengantar Nuernberg ke Bundesliga, tapi seiring terdegradasinya klub ini pada 2003, ia memutuskan pergi.

Bayer Leverkusen akhirnya menunjuknya. Ia berhasil mengantarkan Leverkusen berlaga di kualifikasi Liga Champions setelah berada di peringkat tiga Liga Jerman pada 2004. Augenthaler dipecat pada 2005 dan kembali kehilangan jabatan di Wolfsburg pada 2007 lalu. Kini, Klaus Augenthaler bekerja di sebuah stasiun radio Bayern 1 sebagai presenter.

5. Guido Buchwald

Buchwald meninggalkan Stuttgart pada 1994 dan mencoba keberuntungan bermain bersama raksasa Jepang, Urawa Red Diamonds. Tapi ia memutuskan kembali ke Jerman bersama Karlsruhe sebelum memutuskan gantung sepatu pada 1999. Buchwald sempat menjadi direktur olahraga Karlsruhe dan Stuttgarter Kickers.  

Pada 2004 dia kembali ke Jepang menjadi pelatih Urawa. Setelah berhasil mengantarkan Urawa meraih dua gelar di Liga dan Piala Jepang pada 2006,  Buchwald kembali ke Jerman dan mejadi pelatih klub divisi dua, Alemannia Aachen.  

Namun  Buchwald gagal dan hanya bertahan kurang dari enam bulan di Alemannia. Ia akhirnya memutuskan membesut timnas Ghana tahun lalu sebelum akhirnya digantikan Milovan Rajevac.  

6. Thomas Berthold 

Sosok Berthold tentu tak akan melupakan momen di Roma saat menaklukkan Argentina. Pasalnya, ia tercatat sebagai bek AS Roma saat itu. Ia juga menjadi salah satu skuad Jerman di final Piala Dunia 1986 saat Jerman dikalahkan Diego Maradona cs di Meksiko. Dia bergabung ke Bayern Munich pada 1991 dan hijrah ke Stuttgart pada 1993.  

Setelah gantung sepatu, Berthold sempat menjadi manajer di Fortuna Duesseldorf. Kini hidupnya dihabiskan untuk kemanusiaan. Terakhir ia ikut membina anak-anak jalanan di Amerika Latin.

Gelandang:
7. Thomas Haessler


Setelah Piala Dunia, Haessler diikat Juventus. Tapi, Haessler akhirnya hengkang ke Roma setelah satu musim bersama La Vecchia Signora. Setelah bermain di 88 pertandingan buat Gillorossi, ia kembali ke Karlsruhe. Dia mundur dari sepakbola pada 2004 setelah semapat membela Borussia Dortmund, 1860 Munich dan Austria Salzburg.  

Sejak Oktober 2006 dia menjadi pelatih teknik di FC Koeln, klub pertama yang dibelanya pada 1984.  

8. Lothar Matthaus

Inilah sang kapten Der Panzer saat itu. Dia menjadi sosok yang dihormati karena kehidupannya yang tak glamour meski sederet prestasi dicapainya. Matthaus meninggalkan Inter Milan pada 1992 dan kembali ke Bayern Munich.

Di akhir karirnya sebagai pesepakbola, Matthaus sempat membela klub Liga Amerika Serikat (MLS) bersama New York Metro Stars. Di karirnya sebagai pelatih, Matthaus sempat melatih Rapid Vienna, Partizan Belgrade, dan timnas Hungaria. Kini, ia melatih klub Israel, Maccabi Netanya.   

9. Pierre Littbarski

Gelandang berjuluk "Litti" ini memang hanya menjadi pemain pelapis di  Koeln sebelum mengantarkan Jerman menjadi kampiun. Litti bergabung dengan klub Liga Jepang, JEF United pada 1993 dan mengakhiri karirnya pada 1997.  

Seperti rekan-rekannya di timnas, karir pelatih coba dilakoni Littbarski. Beberap klub yang pernah dilatihnya antara lain Yokohama FC, Sydney FC, Avispa Fukuoka, dan Saipa Teheran di Iran.

Bersama Yokohama ia mempersembahkan dua kali gelar J-League dan beberapa gelar di Sydney. Sejak November 2008 dia menjadi pelatih klub Liga Liechtenstein bersama FC Vaduz sebelum akhirnya terjun ke Liga Swiss.

Penyerang:
10. Rudi Voeller


Inilah legenda Jerman. Bersama Thomas Berthold ia juga tercatat sebagai pemain Roma saat mempersembahkan gelar Piala Dunia. Meninggalkan Roma pada 1992 dan sempat membela Marseille dan Bayer Leverkusen. Bersama Marseille ia telah memenangkan Piala Eropa. Voeller gantung sepatu pada 1996. Voelller ditunjuk DFB menangani Der Panzer pada 2000 lalu di masa transisi dari Erik Ribbeck ke Christophe Daum. Tapi, kasus penggunaan obat terlarang membuat Voeller akhirnya ditetap dipercaya melatih Der Panzer.

Dia berhasil membawa Jerman ke final Piala Dunia Jepang/Korea. Di final ambisinya mengulang masa indah di Roma digagalkan timnas Brasil. Voeller mundur pada 2004 setelah hasil buruk di Euro 2004. Sejak Januari 2005 dia menjadi direktur olahraga Bayer Leverkusen.    

11. Juergen Klinsmann

Klinsmann bersama Andy Brehme dan Lothar Matthaus berada di Inter Milan saat final Piala Dunia itu. Pada 1992 ia memutuskan meninggalkan Inter dan bergabung dengan Tottenham Hotspur sebelum akhirnya membela Bayern Munich, Sampdoria dan akhirnya Orange County Blue Star.

Setelah mundurnya Rudi Voeller pada 2004, ia akhirnya terpilih melanjutkan tongkat estafet Voeller di Der Panzer. Klinsmann menuai pujian setelah berhasil mengantarkan Der Panzer menjadi juara ketiga di Piala Dunia 2006 Jerman.

Kini ia menangani Bayern Munich dan dituntut memberikan gelar domestik dan Eropa.

Pengganti:
12. Stefan Reuter


Reuter menjadi satu-satunya pemain pengganti di final bersejarah itu. Setelah mengantar Jerman menjadi juara, Reuter ditarik Juventus. Tapi, ia hanya bertahan satu musim dan memutuskan kembali ke Borussia Dortmund.

Dia mengantarkan Dortmund merengkuh gelar Bundesliga tiga kali serta Liga Champions pada 1997. Sebelumnya, ia juga mengantarkan Der Panzer menjuarai European Championships pada 1996 silam. Reuter memutuskan gantung sepatu pada 2004 lalu.

Setelah sempat menjadi manajer bisnis 1860 Munich, Reuter akhirnya ditunjuk klub menjadi direktur olahraga.

Pelatih:
Franz Beckenbauer


"Der Kaiser" menjadi legenda terbaik yang dimiliki Jerman saat ini. Setelah sukses menjadi bagian kesuksesan timnas Jerman di Piala Dunia 1974 sebagai pemain. Karirnya semakin sempurna setelah ia berhasil mengantar Jerman menjadi kampiun di Roma sebagai pelatih Der Panzer.

Setelah sempat menjadi pelatih Bayern, Der Kaiser akhirnya memilih menjadi Presiden Bayern sejak 1994. Pada 1998, ia juga menjadi wakil presiden Asosiasi Sepakbola Jerman dan suskes menggelar Piala Dunia 2006 di Jerman.