Dua Hari Bersama Hillary (II)

Sumber :

Bagian II

Pukul 7.30 pagi, Kamis 19 Februari 2009.  Hotel Four Season nampak ramai sekali dengan tamu yang seliweran.  Mereka ada yang mengenakan batik. Rupanya mereka adalah para staf Kedutaan Besar AS di Jakarta yang akan meet and greet dengan big boss mereka, Menlu Hillary Clinton. Bukan hanya para staf, tapi juga keluarganya.

Di lantai dua ada kesibukan berbeda. Sebuah ruang meeting yang tak terlalu luas disulap menjadi tempat syuting untuk acara Dahsyat produksi RCTI.  Lampu-lampu telah terpasang terang benderang, kamera, para pemandu acara, Luna Maya, Olga, Isyana Bagus Oka dan Rafi Ahmad.  Bintang tamu pun sudah siap, ada sutradara Nia Dinata, penyanyi dan pencipta lagu Melly Goeslaw dan bintang muda serba bisa Agnes Monica.

Menlu Clinton akan melakukan menjadi bintang tamu super dahsyat untuk acara ini. Semua orang nampak sudah siap, meski para presenter terlihat gugup. Wajah cantik Luna Maya tampak cemas luar biasa.  Dia sulit tersenyum, meskipun digoda banyak orang.  Luna sibuk komat kamit menghafalkan naskah.

Sang bintang tamu istimewa itu akhirnya datang juga. Dia memakai  setelan biru tua.  Menlu Clinton pun menyapa setiap orang yang disalaminya dengan pertanyaan,  how are you?  Ketika yang ditanya Olga, presenter yang terkenal dengan gaya gemulainya ini pun gugup karena mengaku tak bisa berbahasa Inggris.  Hingga pertanyaan “how are you” dari Menlu Clinton pun dijawabnya spontan dengan bahasa Jawa, “apik” (artinya baik). Gerrr…semua yang ada di ruangan pun tertawa.

Sambil tersipu malu Olga pun mengaku pada Menlu Clinton bahwa dirinya hanya bisa berbahasa Inggris sedikit saja.  Itupun disampaikannya dengan bahasa Inggris amburadul,  dan lagi-lagi mengundang tawa. “I can speak English little-little,”  kata Olga.

Maksudnya,  saya hanya bisa berbahasa Inggris sedikit-sedikit. Menlu Clinton pun tertawa.  Dia menghibur Olga dengan mengatakan, “Your english is much better than my Indonesian”.  Semua yang berada di ruangan itu pun tertawa.

Tapi kegilaan Olga belum selesai sampai disitu. Tiba-tiba Olga mengeluarkan  ponselnya yang berkamera dan mengajak Menlu Clinton berfoto dengan kamera ponselnya.

Menlu Clinton pun menyambut dan menundukkan kepalanya agar dekat dengan Olga dan tersenyum, dan klik kamera pun merekam adegan langka itu. Olga memang nekat dan tak terduga, tapi lagi-lagi Menlu Clinton menyambutnya dengan santai dan senyum. Suasana pun makin meriah.

Saat syuting pun tak kalah meriah. Kecemasan di wajah Luna pun perlahan memudar saat syuting berlangsung dan Menlu Clinton nampak sangat santai dan ramah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Isyana dan Luna pun dijawabnya dengan santai dan seringkali diselingi canda yang mengundang tawa.

Ketika ditanya Luna apa musik kesukaan dan penyanyi favoritnya, Menlu Clinton menjawab suka musik klasik, dan suaminya Bill Clinton suka jazz. Tapi seperti orang-orang seusianya yang mengalani masa muda di tahun 60-an, Clinton mengaku penyanyi favoritnya Beatles dan Rolling Stones.

“Saya jadi merasa tua ya, “ katanya, yang disambut tawa penonton.
Wawancara mengalir lancar dan segar. Tapi saat ditodong menyanyi, Menlu Clinton mengaku akan berbahaya bila dia menyanyi.

“Semua orang yang akan disini akan pergi bila saya menyanyi,” katanya..Gerr, lagi-lagi tawa terdengar di ruangan. Syuting ditutup dengan salam dahsyat dalam bahasa Indonesia dari Menlu Clinton yang dipandu Luna Maya. “Salam hangat terdahsyat untuk keluarga Indonesia,” kata Menlu Clinton.

Wartawan asing dari travelling press yang di sebelah saya sempat bertanya, apakah itu artinya. Saya menjelaskan kepada dia maksud salam dari Menlu Clinton. Mereka pun takjub dengan agenda Menlu Clinton yang tak biasa ini. Seorang Menlu AS melakukan wawancara dalam syuting acara musik untuk anak muda. Benar-benar luar biasa. Para wartawan travelling press ini pun antusias mengikuti syuting ini dan mencatat tiap perkataan Clinton.

Menurut keterangan dari diplomat di Kedubes AS Jakarta, agenda ini memang tak biasa untuk seorang Menlu AS. Tapi biasa bagi seorang Hillary Clinton. Lagipula dalam kunjungan ke Indonesia ini,  Menlu Clinton ingin bertemu sebanyak mungkin orang Indonesia.  Bukan hanya para pejabat.

Pagi itu saya benar-benar menyaksikan seorang Hillary Clinton yang sangat merakyat. Permintaan foto bersama semua orang disitu dipenuhinya.  Setiap bunyi klik kamera dia kerap tersenyum lebar. Permintaan tanda tangan buku pun dilakukannya. Semua orang senang dengan kesempatan langka ini.

Berulang kali pihak protokol dari Deplu AS dan pengawal mengarahkan Menlu Clinton untuk segera beranjak ke acara berikutnya.  Tapi Menteri Clinton dengan sabar masih menyapa semua orang, dan meladeni jabatan tangan.

Melihat suasana cair dan keramahan Menlu Clinton ini, saya pun memberanikan diri menjejeri langkahnya persis di sebelah kiri saat meninggalkan ruangan tempat syuting dan menuju ke acara Meet and Greet dengan staf kedutaan. Dengan kamera terkokang di tangan, saya menyapa Menlu Clinton mencoba peruntungan saya untuk mendapatkan sedikit pernyataan.

“Madame Secretary,  kata saya. Nampaknya panggilan pertama saya kurang terdengar karena Menlu Clinton sedang berbicara dengan Dubes Cameron Hume yang berjalan di sebelah kanannya.

Saya mengulangi panggilan saya, kali ini dengan suara lebih keras. “Madame Secretary. Berhasil. Menlu Clinton menengok ke arah saya. Spontan saya pun segera melontarkan pertanyaan yang sudah siap di kepala.

“What is your message to the new generation of Indonesia ?” Menlu Clinton menjawab spontan pula, “I’m so proud to be here and it’s up to the new generation to continue the progress, “ jawabnya sambil mengepalkan kedua tangan dengan semangat. Tayangannya bisa disaksikan disini

Hanya lima detik pernyataan yang terekam. Saya pun mengucapkan terima kasih atas jawabannya dan berhenti menjejeri langkahnya. Mission accomplished. Meskipun hasil rekaman gambarnya jauh dari sempurna. Karena kaget, gambar yang terekam awalnya hanya separuh wajah. Berhubung Menlu Clinton lebih tinggi dari saya, kamera saya hanya terarah pada bagian hidung dan mulut saja. Untung ucapannya terekam dengan jelas.

Menyadari kesalahan itu, saya segera menaikan arah lensa ke arah atas sehingga seluruh wajah Menlu Clinton terekam hingga kalimat berikutnya.  Kaget, panik sekaligus senang luar biasa.

Agenda berikutnya bertemu Presiden SBY di  Kantor Presiden, dan berlanjut ke kediaman dinas Dubes AS Cameron Hume di bilangan Menteng. Acara yang tertutup ini berupa diskusi terbatas Menlu Clinton dengan para wartawan Indonesia yang meliput Pemilu AS.

Ada Tina Talisa dari TV One, Simon Saragih dari Kompas, Kiki dari Trans TV, Yuni dari Okezone, Philipus Parera dari Tempo, dan beberapa wartawan lain. Travelling press pun turut serta mengikuti diskusi meskipun tak bertanya, dan tak boleh merekam gambar. Diskusi berlangsung hangat, akrab dan berisi. Berbagai isu seputar pemilu AS dan hubungan Indonesia –AS pun dikupas tuntas.

Menlu Clinton terbuka menjawab setiap pertanyaan, dan sarat informasi dan inspirasi. “Pertanyaan yang paling sering ditanyakan pada saya adalah, bagaimana bisa saya bekerja bersama dengan orang yang mengalahkan saya dalam pemilu,” kata Clinton.

“Memang sulit, saya akui itu sulit. Tapi bagi saya melayani rakyat dan negara Amerika tak boleh berhenti.  Maka meskipun awalnya keputusan meninggalkan pekerjaan di Senat yang saya sukai itu berat, tapi saya menerima tawaran Presiden Barack Obama untuk menjadi Menteri Luar negeri. Sangat membanggakan menjadi Menlu di pemerintahan ini,” lanjutnya.

Menlu Clinton juga ditanya kunci suksesnya bertahan di dunia politik yang diakuinya keras. “Saya yakin dengan apa yang saya lakukan,” jawabnya tegas. Panggilan menciptakan dunia yang lebih damai dan makmur bagi anak-anak generasi berikut,  menjadi motivasi utamanya bertahan di dunia politik yang keras dan sulit ini.

Inspirasi lain yang berkesan buat saya, Menlu Clinton mengatakan, hidup ini adalah anugerah. “Saya menjalani hari demi hari dan berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap harinya. Saya tak memikirkan besok akan bagaimana, toh hari itu akan datang juga nanti, semoga saya masih diberi kesempatan untuk berbuat yang terbaik saat itu tiba,” katanya lagi.

Sayang diskusi tak bisa berlangsung lebih lama, dan dilanjutkan dengan kesempatan langka, berfoto bersama. Kami semua berebut untuk bisa berfoto berdua dengan Menlu Clinton. Dan saya pun tak sia-sia membawa buku Woman in Charge setebal 630 halaman yang menambah berat tas yang saya sandang, karena saya berhasil mendapatkan tanda tangan sang tokoh di buku itu. Lagi-lagi mission accomplished.

Perjalanan berlanjut ke Petojo, dimana ribuan warga sudah menanti-nanti kunjungan tamu istimewa ini. Di tengah terik siang menyengat, Menlu Clinton berjalan berkeliling, mengobrol dengan ibu-ibu, menyapa warga yang berjejer, menjenguk lokasi yang menjadi proyek USAID untuk energi bersih dan lingkungan. Keduanya menjadi isu utama kunjungan Menlu Clinton ke Asia.

Wajah ramahnya yang keibuan tampak sangat alami berbaur dengan masyarakat yang mengelu-elukannya. Ketika kembali ke mobil van para wartawan saya mendengar para wartawan travelling press terkesan dengan kunjungan Clinton ke Petojo ini. 

Mereka menilai, sosok Menlu Clinton sangat alami, apa adanya.  Bukan sosok politisi dengan keramahan basa basi.Naluri keibuannya muncul ketika membicarakan isu-isu domestik dan pemberdayaan perempuan. Beberapa TV asing saya lihat melakukan rekaman gambar on cam saat kunjungan ini. Inilah wajah baru diplomasi Amerika,  itu inti laporan para wartawan ini kepada pemirsanya.

Saat kebersamaan pun nyaris berakhir. Usai dari Petojo, Menlu Clinton dan rombongan langsung menuju ke Bandara Halim Perdanakusumah.  Agenda berikutnya adalah Korea Selatan. Menlu Clinton terbang tepat pukul 13.50 WIB.

Menlu Clinton pun telah menyampaikannya pada rakyat Indonesia, Presiden Obama akan datang ke Indonesia bila jadwalnya sudah memungkinkan. Clinton mengatakan dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Obama, dia menyampaikan rakyat Indonesia menantikan kehadirannya dengan tangan terbuka berkunjung ke Indonesia.

Senang dan bangga bisa mengenal sosok perempuan tangguh berusia 61 tahun ini. Meski singkat, hanya dua hari. Dia membawa inspirasi dan semangat untuk kaumnya, bangsanya, dan dunia yang lebih baik.