"KBRI Jangan Hanya Menunggu Polisi Singapura"

Sumber :

VIVAnews - Saat mengurus jenazah David Hartanto Widjaja, keluarga selalu didampingi perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. Kakak David, William Widjaja mengaku menghargai kepedulian KBRI.

Namun, "Kita perlu lebih push ya. KBRI terlihat menerima saja kasus ini," kata William kepada VIVAnews di rumahnya di kawasan Penjaringan, Jakarta Timur, Kamis 5 Maret 2009.

William mengaku KBRI kurang tanggap terhadap kasus kematian David. "Kami ingin KBRI mengusut, jangan hanya menunggu investigasi polisi Singapura. Bisa saja dimainkan, namanya saja negaranya sendiri," kata William. Menurutnya, perlu ada pihak Indonesia yang membantu penyelidikan.

Secara terpisah, Koordinator Fungsi Protokoler dan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura, Achmad Jatmiko mengatakan tugas utama KBRI adalah mnengurus jenazah dan otopsi. "Pengusutan itu urusan polisi Singapura karena peristiwa tersebut terjadi di negara orang. Kami tidak bisa ikut campur atau intervensi penyelidikan polisi. Itu sudah peraturan diplomatik, menyangkut kedua pemerintahan," kata Achmad kepada VIVAnews, Kamis 5 Maret 2009.

Menjadi wewenang polisi untuk menyelidiki kasus tersebut. "Kalau nanti sudah sampai ke pengadilan, dan sudah ada keputusan, kasusnya baru bisa dibuka atau open verdict," lanjut dia.

Terkait pernyataan William, Achmad mengaku bisa memahami. "Apabila mereka syok, saya maklum karena mereka baru saja kehilangan anggota keluarga. Itu wajar," kata dia.

Saat ini, kata Achmad,  KBRI fokus pada kasus David. "Kami menunggu proses investigasi polisi, apakah sudah selesai atau belum, dan bagaimana tindak lanjut atau perkembangannya. Selain itu, kami juga akan menyediakan informasi yang diminta oleh pihak kepolisian," lanjut Achmad.

David, mahasiswa tingkat akhir Universitas Nanyang Singapura ditemukan tewas terjatuh dari loteng. Menurut sejumlah media Singapura, David bunuh diri usai menusuk dosen pembimbingnya Senin 2 Maret 2009. Usai tragedi penusukan, korban yang dosen di Universitas Nanyang, Singapura,  Chan Kap Luk (45) dilarikan di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura. Beda nasib, sang profesor saat ini masih hidup dan sudah keluar dari rumah sakit