Tugas Berat itu Bangun Pembangkit 1.352 MW

Sumber :

VIVAnews - Wacana pemerintah membuat pembangkit listrik Proyek 10.000 MW Tahap II yang mayoritas akan menggunakan energi panas bumi, membuat PT Pertamina Geothermal Energy harus bekerja keras. 

Selain mengalirkan panas bumi ke pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), anak usaha PT Pertamina (Persero) ini diberi target membangun pembangkit dengan kapasitas 1.352 MW.

Proyek ini merupakan salah satu bagian dari Proyek 10.000 MW Tahap II. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Pertamina Geothermal, berikut kutipan wawancara singkat dengan Direktur Utama Pertamina Geothermal Abadi Poernomo di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, beberapa waktu lalu.

Sejauh mana kesiapan Pertamina Geothermal setelah pemerintah meminta terlibat dalam Proyek 10.000 MW Tahap II?

Jika bicara kesiapan, sebenarnya kita sudah siap dari tahun lalu. Tahun ini saja Pertamina Geothermal akan melakukan pengeboran 23 sumur, di samping itu Pertamina Geothermal juga telah menganggarkan US$ 130 juta. Tahun lalu sekitar US$ 70 juta. 

Kami berharap kerja keras Pertamina Geothermal juga di dukung oleh sinkronisasi peraturan-peraturan di tingkat pemerintah agar pengembangan panas bumi kami dapat berjalan lancar.

Peraturan pemerintah, maksudnya Pak?

Selama ini dalam pengembangan panas bumi ada kendala tumpang tindih penggunaan lahan. Hampir 60 persen cadangan panas bumi Pertamina Geothermal berada di hutan konservasi yang menurut Undang-Undang hutan konservasi tidak bisa di utak-atik. 

Nah ini bagaimana kami menyikapi karena kami bekerja di hutan konservasi, selain itu juga hutan lindung. Itu yang harus kami atasi.

Berapa besaran biaya operasi pengembangan panas bumi?

Biaya operasional pengeboran geothermal sama dengan operasional minyak dan gas. Jadi sangat tergantung dari market pada drilling. Itu sangat mahal. Paling mahal US$ 6 juta. 

Dengan biaya drilling yang mahal tadi, apakah turunnya harga minyak ini Pertamina Geothermal akan melakukan pengkajian ulang? 

Ini memang fenomena yang aneh, seharusnya turun, tetapi kenyataan malah mengalami kenaikan. Kami menunggu sampai kondisi memungkinkan. Tetapi kami khawatir, kalau ditunda proyek tidak jalan. Karena itu, kami akan ajukan harga keekonomiannya kepada PLN.

Berapa harga keekonomian tarif listrik panas bumi?

Dalam suatu daerah kami pelajari dulu keekonomiannya, bagaimana agar kami bisa putuskan harga berapa. Tapi menurut kami secara rule of time listrik dari panas bumi berkisar 7 - 9 sen dolar AS per kwh. 

Nah inilah yang perlu disikapi secara bijak supaya kami dapat harga yang baik dari PLN selaku single buyer.

Selama ini kalau masalah jual beli antara dua perusahaan BUMN, pemerintah kerap kali melakukan campur tangan dengan lobi-lobi. Bagaimana cara Anda menyikapi? 

Memang kami mendapat bridging loan dari holding (Pertamina). Tapi ke depan kami akan meminta pinjaman dari luar negeri, dan itu harus dikembalikan. Persoalannya sekarang, bagaimana kami bisa mengembalikan loan itu, namun di sisi lain kami sebagai korporat harus mendapat untung. 

Itulah acuan BUMN yang sehat, di mana setiap usahanya harus ada laba. Makanya harus ada sinkronisasi dengan pemerintah.

Pemerintah tetap meminta tarif di bawah normal untuk sejumlah pembangkit. Bagaimana tanggapan Anda?

Pemerintah harus konsekuen, jika dilihat dari konsep yang mau disubsidi, BBM atau panas bumi. Misalnya kami menjual 7 atau 8 sen dolar AS per kwh, ternyata dalam perjalanan daya beli PLN cuma 6 sen dolar. Dengan demikian 2 sen dolar ditanggung pemerintah sebagai subsidi.

Cara ini membuat PLN dan Pertamina Geothermal sama-sama tidak dirugikan.Pemerintah yang harus ambil alih kesulitan PLN.

Selama ini proyek-proyek di Indonesia mayoritas mendapat pinjaman dari perbankan China. Kalau Pertamina Geothermal bagaimana?

Kalau dengan China kami tidak menjajaki. Yang kami jajaki dari Kanada, Jerman, Jepang. Mereka sangat agresif memberi pinjaman seperti JICA, JBIC, baik secara komersial maupun government to government.

Bagaimana kesulitan dalam pengembangan geothermal? 

Pengembangan geothermal sesuatu yang menantang bagi saya, karena geothermal tidak maju-maju. Bagi saya ini tantangan yang sulit untuk mengembangkan geothermal tetapi tetap harus kita laksanakan. 

Penyebabnya, terbatasnya sumber daya manusia, sementara potensi panas bumi Indonesia cukup besar. Ini menjadi kendala operasional yang sangat berat. 

Anda optimistis pengembangan ini berhasil?
Iya. Yang terpenting dalam pelaksanaan tugas harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, terutama dari pemerintah dan PLN.