Boediono: Rawan, Jika Cuma Bergantung Dolar

Sumber :


VIVAnews - Gubernur Bank Indonesia Boediono mengingatkan penggunaan satu mata uang dalam situasi krisis akan menimbulkan kerawanan bagi perekonomian suatu negara.

"Dolar AS memang banyak digunakan dalam transaksi internasional," ujar Boediono di Jakarta, Selasa, 24 Maret 2009. Namun, dia mengingatkan mengandalkan pada mata uang tertentu justru membahayakan.

"Dalam situasi krisis, betapa rawannya mengandalkan satu - dua mata uang untuk transaksi global."

Namun, Boediono mengakui sulit melepaskan diri dari ketergantungan pada dolar AS. Ini bukan hanya dialami oleh Indonesia, tetapi negara lain juga mengalaminya. 

Salah satu cara untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan menjalin kerja sama kontrak Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) yang tengah disepakati oleh Indonesia - China.

Indonesia telah meneken perjanjian dengan Cina untuk BCSA senilai 100 miliar Renminbi atau setara dengan US$ 15 miliar.

Renminbi merupakan salah satu mata uang terkuat di dunia sekarang. Ini berbeda dengan mata uang yang lebih lama berkiprah, seperti dolar AS atau Yen Jepang.

Renminbi masih belum banyak dimanfaatkan untuk transaksi global. Namun dengan perjanjian ini, menueur Boediono, Indonesia bisa memanfaatkan Renminbi untuk penyelesaian transaksi kedua negara. "Dengan begitu, RI - China tidak harus gunakan dolar dulu untuk bertransaksi."

Karena itu, dia menilai kerja sama ini akan mendukung dan meningkatkan perdagangan dan investasi antar kedua negara. Dampak positif lainnya adalah penyediaan likuiditas jangka pendek bagi pasar keuangan sehingga bisa mengatasi persoalan keketatan likuiditas.