Dukung Program Obama

Kongres Siapkan Stimulus US$ 700 Miliar

VIVAnews - Bagai gayung bersambut, program stimulus ekonomi yang dicanangkan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Barack Obama, mendapat dukungan besar dari para politisi Partai Demokrat di Kongres. Mereka siap menyiapkan dana hingga US$700 miliar untuk mendukung program stimulus ekonomi AS saat Obama resmi menjadi presiden mulai 20 Januari 2009. 

KPU Kabupaten Tangerang Buka Rekrutmen PPK dan PPS Pilkada 2024: Tersedia 967 Kuota

"Anggaran ratusan miliar dolar akan menjadi investasi di masa depan, plus menciptakan lapangan kerja sesegera mungkin, dan pemotongan pajak," kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Nancy Pelosi, di Washington DC seperti dikutip BBC Minggu malam, 23 November 2008 waktu setempat (Senin pagi WIB).

Obama sebelumnya mengatakan akan mengusulkan proposal senilai US$175 miliar untuk program stimulus ekonomi. Program dalam tempo dua tahun ini dilakukan Obama untuk mengatasi krisis ekonomi di negaranya, yang berawal dari krisis kredit macet sektor hipotek.

Istana Tegaskan Jokowi Tidak Ada Agenda Kunjungan Kerja ke Surabaya

Namun, pendukung Obama di Kongres mengisyaratkan bahwa dana stimulus yang mereka siapkan bisa jadi akan lebih banyak dari yang diusulkan pemerintah baru. Senator Partai Demokrat dari New York, Charles Schumer, kepada stasiun ABC News mengungkapkan bahwa stimulus baru akan memerlukan dana antara US$500 miliar hingga US$700 miliar demi membawa AS keluar dari krisis ekonomi. 

Dana stimulus ini, seperti ditulis harian The Washington Post,  jumlahnya lebih banyak ketimbang dana yang dihabiskan Amerika selama enam tahun dalam Perang Irak. Jumlah itu merupakan dana program terbesar setelah program bantuan ekonomi pada era New Deal  Presiden  Franklin Delano Rosevelt.

Kemungkinan bantuan dana stimulus dalam jumlah massif ini mulai muncul pekan lalu. Gubernur New Jersey, Jon Corzine, seorang penasehat Obama, dan ekonom Havard Lawrence Summer, orang yang dipilih Obama sebagai ketua tim ekonomi Gedung Putih, merupakan dua tokoh yang pertama kali memunculkan kemungkinan penggelontoran dana  itu.

Goldman Sachs menduga pertumbuhan ekonomi masih akan turun 5 persen hingga akhir tahun ini. Pekan lalu, saham-saham industri yang diperdagangkan di Dow Jones rata-rata turun 5 persen. Dan, bank terbesar di Amerika, Citigroup, tumbang sehingga memerlukan bantuan pemerintah.

Seperti diberitakan sebelumnya, Citigroup menjadi korban dari krisis kredit macet hipotek di AS. Banyak klien kelas menengah tidak mampu membayar cicilan kredit. Maka aset-aset berupa rumah yang sudah ditinggalkan para klien kini menjadi tanggungan Citigroup dan para perusahaan keuangan lain yang sulit menjualnya kembali.

Strategi Perumnas Gandeng Telkomsel Sasar Pasar Hunian bagi Milenial dan Gen-Z

Citigroup pun gagal mendapatkan laba dalam empat kuartal terakhir.  
  
Citigroup telah menerima pinjaman darurat US$ 25 miliar dari Departemen Keuangan Amerika.  Sebagai imbal balik, pemerintah mendapatkan sebagian saham Citigroup.

Berburu diskon tiket pesawat internasional [dok. Dwidayatour Carnival 2024]

Paket Promo ke Destinasi Wisata Dunia Bisa Dapat Diskon Rp 12 Juta, Simak!

Bagi para traveler yang ingin mencari paket promo perjalanan menarik ke sejumlah destinasi wisata internasional jangan ketinggalan.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024