VIVAnews - Di tengah ambruknya bursa-bursa saham global, termasuk Bursa Efek Indonesia, bermain saham memang sangat riskan. Menabung atau mendepositokan uang di bank tentu masih menjadi pilihan banyak orang saat ini. Selain aman, risikonya pun rendah.
Namun sebanding dengan risikonya yang rendah, return atas investasi itu pun tidak setinggi investasi penuh risiko seperti saham.
Dengan risiko rendah, deposito tidak akan bisa menjadi pohon uang yang bisa kita panen dengan suka cita. High return hanya bisa diperoleh dengan investasi berisiko tinggi pula.
Perencana keuangan yang juga praktisi perbankan Elvyn G Massasya dalam bukunya “50 Rahasia Mengelola Uang” mengajak kita berani mengambil risiko dengan melirik investasi lain di luar deposito, salah satunya dalam bentuk surat berharga.
Investasi dalam bentuk surat berharga ini dapat diketagorikan dalam beberapa bentuk, termasuk risikonya.
Pertama, reksa dana. Meski pamornya sempat tenggelam pasca krisis keuangan 1997 lalu, investasi reksa dana kini moncer kembali dan terus diburu investor.
Namun semua investasi tentu memiliki risiko untung dan rugi, termasuk reksa dana. Apalagi, reksa dana terdiri dari beberapa bentuk, yakni reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran.
Investasi dalam reksa dana sangat dipengaruhi kepiawaian manajer investasi meramu isinya. Misalnya, reksa dana saham. Maka saham-saham yang terkandung dalam reksa dana itu akan menjadi faktor penting.
Kedua, saham. Investasi saham dinilai menjanjikan, tetapi sekaligus mencemaskan jika tidak dikelola dengan benar. Karena kita bisa mendapatkan keuntungan dahsyat secara harian, tapi juga sebaliknya.
Ketiga, obligasi retail. Di dunia investasi, obligasi bukan barang baru. Namun obligasi retail yang belakangan muncul bisa menjadi alternatif ‘memberdayakan’ uang kita. Obligasi retail, nilainya tidak terlalu besar dan dalam berbagai bentuk pecahan dengan nilai minimal Rp 5 juta.
Akan tetapi sebelum jauh melangkah dengan obligasi retail ini, ada baiknya kita mengetahui karakteristik dan implikasi yang mungkin kita terima nantinya.
Pertama, obligasi merupakan investasi jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Pembeli obligasi akan mendapatkan imbal hasil dari coupon rate obligasi tersebut.
Kedua, risiko obligasi. Dalam hal ini risiko yang paling utama adalah naik turunnya harga obligasi saat diperjualbelikan di pasar sekunder. Jika ingin aman, sebaiknya obligasi dipegang hingga jatuh tempo. Tetapi jika ingin meraup keuntungan besar, kita bisa melakukan transaksi di pasar sekunder.
Jadi tunggu apa lagi!
Baca Juga :
Kwarnas Curigai Upaya Terselubung di Balik Penghapusan Ekstrakurikuler Wajib Pramuka di Sekolah
VIVA.co.id
25 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Bagi anda yang beruntung akan mendapatkan saldo DANA gratis dari pihak dompet digital DANA hari ini, Kamis 25 April 2024. Caranya mudah banget, dengan hanya menyiapkan HP
Ayo Klik Link DANA Kaget Rp300 Ribu Hari Ini Kamis 25 April 2024, Langsung Cair
Bandung
29 menit lalu
Dengan hanya mengklik di bawah anda akan mendapatkan saldo DANA gratis hari ini Kamis 25 April 2024. Saldo tersebut sebesar Rp300 ribu dan bisa diambil dengan hanya menyi
Dapat Kunjungan Dirjen HAM, Kemenkumham Jatim: Kami telah Laksanakan P5HAM sesuai Amanah
Jatim
sekitar 1 jam lalu
Kunjungan Dirjen HAM Dhahana Adi 25 April 2024 hari ini mendapatkan sambutan positif dari Kanwil Kemenkumham Jatim. Mendapat kunjungan Dirjen HAM, Kemenkumham Jatim...
Harta Karun Arkeologi! 21 Makam Kerajaan Han Ditemukan di Tiongkok, di Antaranya Makam Berpasangan
Wisata
sekitar 1 jam lalu
Para arkeolog yang menjelajahi lereng gunung di Tiongkok telah menemukan 21 makam yang berasal dari 2.000 tahun yang lalu, termasuk di dalamnya makam berpasangan.
Selengkapnya
Isu Terkini