VIVAnews - Ketua Panitia Khusus (Pansus) Penghilangan Orang secara Paksa, Effendy Simbolon menegur Jaksa Agung Muda Pidana Khusus kejaksaan Agung, Marwan Effendy.
"Tolong serius. Kalau tidak serius boleh meninggalkan ruangan ini," ujar Effendy kepada Marwan dalam rapat Pansus Penghilangan Orang secara Paksa di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu 10 Desember 2008.
Teguran itu, disampaikan Effendy karena ia menilai Marwan menjawab pertanyaan dengan berputar-putar. Selain itu, Marwan juga dinilai tidak melihat anggota dewan yang memberikan pertanyaan saat menjawab.
"Kalau menjawab itu lihat orangnya, kami bukan terdakwa. Jadi, lihat muka orang yang bertanya," tukasnya. Mendengar itu, Marwan hanya diam saja.
Pada kesempatan itu, salah satu anggota Pansus, Nursyahbani Katjasungkana mengungkapkan ada empat hambatan mengapa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tak bisa menyelesaikan kasus penghilangan aktivis tahun 1999-1998 itu. Keempat masalah itu, kata Nursyahbani, berkaitan dengan tidak dipenuhinya permintaan izin oleh Kejaksaan Agung sebagai penyidik.
Adapun izin tersebut adalah izin penyelidik dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan orang hilang, menghadirkan saksi ahli, menghadirkan secara paksa saksi-saksi, dan menghadirkan paksa saksi ahli.
Menanggapi itu, Marwan mengakui pihaknya memang punya kewenangan untuk menerbitkan semua izin itu. "Bukannya kami tidak mau, tapi kami masih pertimbangkan apakah kejaksaan agung punya kompetensi untuk mengeluarkan izin.Meski, undang-undang mengatakan penyelidik bisa minta ke penyidik," kilahnya.
Viral Curhat Pratama Arhan ke Azizah Salsha Usai Timnas U-23 vs Australia Bikin Gemes Netizen
Usai pertandingan tersebut, ternyata Pratama Arhan langsung curhat kepada sang istri, Azizah Salsha melalui pesan singkat.
