Obituari Ali Alatas

Alex Sang Diplomat Handal

VIVAnews - Ali Alatas disebut sebagai salah satu diplomat handal tanah air. Jabatan Menteri Luar Negeri pernah dijabat pria kelahiran Jakara 4 November 1932 ini, selama 12 tahun dari 1987 sampai 1999.
Diplomat yang kerap disapa Alex ini berkali-keli menunjukkan kehandalan diplomasinya dalam berbagai perundingan luar negeri. Bahkan, alumnus Fakultas Hukum Universitas Hukum Indonesia tahun 1956 ini pernah dinominasikan untuk menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh sejumlah negara Asia pada 1996.

Hidupnya adalah diplomasi. Padahal pada masa kecil ia bercita-cita menjadi pengacara. Alex meniti karier sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960), sesaat setelah ia menikah.

Alex sempat berkecimpung dalam dunia jurnalistik menjai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954). Selepas bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966).

Pria yang dijuluki 'Singa Tua' itu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975) dan Staf Ali dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).

Karirnya terus menanjak. Misi diplomat lain yang diembannya yakni menjadi Wakil Tetap RI di PBB, Jenewa (1976-1978). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Kemampuan diplomasinya diuji lagi dengan mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987). Selepas itu, ia pun dipercaya menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan Habibie.

Saat menjabat Wakil Tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Alex harus menghadapi berbagai kritikan mengenai masalah Timor Timur. Ia dengan cekatan bisa melayaninya dengan diplomatis. Apalagi saat pecah insiden Santa Cruz yang menewaskan puluhan orang pada 12 November 1991, ia cekatan untuk meredam kemarahan dunia. "Diplomasi itu seperti bermain kartu. Jangan tunjukkan semua kartu kepada orang lain. Dan jatuhkan kartu itu satu per satu," kata Ali Alatas saat itu.

Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Meningkat Secara Signifikan di Tengah Krisis Pangan
Sidang Perselisihan Hasil Pilpres 2024 di MK Hadirkan Saksi dan Ahli KPU Bawaslu

Serahkan Kesimpulan ke MK, Kubu Ganjar: Kami Ingin Pemungutan Suara Ulang di Indonesia

Menurut kubu Ganjar-Mahfud, MK punya dasar kuat untuk putuskan digelar pemungutan suara ulang.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024