Idul Adha di Mesjid Al Azhar

VIVAnews - Peringatan Hari Raya Idul Adha 1429 Hijriah tahun ini dirayakan dalam suasana krisis kapitalisme yang mendunia. Kali ini AS sebagai pusatnya modal, tak bisa lagi mengabaikan negara-negara yang sedang berkembang (G-20), termasuk Indonesia untuk dimintai bantuannya dalam menolong sistem kapitalisme yang mulai megap-megap pada awal abad 21 ini.

Sudah menjadi hukum perkembangan masyarakat, cepat atau lambat bentuk tertinggi dari sistem ini  adalah globalisasi neoliberalisme, akan berganti  dengan globalisasi yang didasari oleh solidaritas dan perikemanusiaan,

Saya merasa senang bahwa hari raya tahun ini terlihat adanya percikan-percikan titik terang di negeri kita ini. Diantaranya semakin terlihat hasilnya dalam pemberantasan korupsi, adanya penurunan harga bahan bakar, semaraknya persiapan pemilu  sebagai praktek demokrasi, dan adanya teguran dari Presiden bahwa yang harus bayar ganti rugi pada para korban semburan lumpur Sidoarjo bukan pemerintah,  tapi perusahaan Lapindo sendiri.

Meskipun di negeri kita masih marak budaya kekerasan dan belum adanya kemauan tulus untuk berkorban bagi mereka yang hartanya berlebihan. Bila berkorban harta yang lebih pun tidak mau, apalagi berkorban untuk nusa bangsanya.

Semenjak jam enam pagi Mesjid "Al Azhar" yang berlokasi di daerah BSD city, yang meliputi daerah "Komplek Puspita Loka", berduyun-duyun warga setempat memenuhi halaman mesjid. Sepanjang jalan di sekitar mesjid itu penuh mobil yang diparkir, berlapis-lapis hingga tak mungkin mendapatkan tempat yang lowong bagi yang datangnya mendekati jam tujuh pagi.

Karena itu saya dan keponakan kebagian tempat yang paling belakang di dalam halaman mesjid itu. Sementara adik perempuan saya bersama warga perempuan lainnya bershalat lebih jauh kebelakang lagi.Beruntung tidak begitu terlambat, nasih bisa mengikuti acara sepenuhnya dari shalat sampai khotbah yang disampaikan oleh khotib Prof.Dr. Mohammad Mubarok.

Dalam khotbahnya beliau mengingatkan kembali asal usul kurban dan maknanya dalam jaman kontemporer ini, Menandaskan bahwa dalam era reformasi sekarang ini kita harus memiliki prinsip-prinsip "Memberi, Menanam dan Bekerja Keras". Dalam arti memberi pada orang lain dan masyarakat, agar mereka berbahagia. Menanam agar buahnya bisa dipetik dan dinikmati oleh generasi baru kita,  atau siapa saja yang membutuhkannya dan bekerja keras untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa tingkat pertama untuk menuju Tuhan, orang harus berani bertobat, mengakui kesalahan dan berjanji tak mengulanginya lagi, kita juga harus berani mengadakan otokritik dan bukan pandai mengkritik saja.

Sebelum jam delapan pagi upacara peringatan Idul Adha di mesjid besar "Al Azhar", yang bisa menampung ribuan umat itu, selesai. Saya sangat merasa puas bisa mengikuti Lebaran Idul Adha disuatu Mesjid di Indonesia, yang mana peristiwa itu belum pernah saya alami dalam hidup selama tinggal diluar negeri, jadi merupakan keistimewaan dalam hidup.

Alangkah baiknya bila semua umat Islam kita bisa melaksanakan atau mengamalkan hal hal yang telah dianjurkan oleh bapak khotib tadi. Bukannya saling bermusuhan dan bertindak menggunakan kekerasan terhadap umat yang lain. Bila semua manusia di dunia ini adalah mahluk Tuhan, maka orang wajib hidup saling menghormati dan saling menolong, tak pandang apa kepercayaannya. Amin.(Widodo Suwardjo,BSD City, Tangerang, 8 Desember 2008)

Terancam PHK Massal, Ratusan Karyawan Polo Ralph Lauren Demo di Depan MA
Starbucks Indonesia menyerahkan ribuan buku untuk anak-anak.

Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

Ribuan buku tersebut merupakan donasi dari para pelanggan Starbucks Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024