2008, IHSG Antiklimaks

VIVAnews - Tahun 2008 menjadi antiklimaks bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah enam tahun berturut-turut dalam tren menguat. Kejatuhan IHSG tidak lepas dari memburuknya kinerja bursa saham di dunia akibat resesi global.

"Setelah sempat mencatat rekor tertinggi 2.830 pada 9 Januari 2008, IHSG justru anjlok 50 persen dibandingkan posisi awal tahun," kata analis PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, dalam kajian pasar saham akhir tahun yang diterima VIVAnews, Rabu 31 Desember 2008.

Menurut dia, kinerja IHSG merupakan salah satu yang terburuk di bursa Asia. Berdasarkan data 30 Desember 2008, dibandingkan beberapa bursa utama Asia, penurunan IHSG terburuk kedua setelah Shanghai. IHSG terpuruk 50,75 persen menjadi 1.352,23, sedangkan Shanghai anjlok 65,16 persen ke level 1.832,91.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 pada periode yang sama melemah 42,12 persen menjadi 8.859,56, Hang Seng turun 48,81 persen ke posisi 14.235,5, Straits Times anjlok 48,91 ke level 1.770,6, dan bursa Kuala Lumpur terpuruk 38,98 persen menjadi 881,63.

Namun, untuk price to earning ratio (PER), IHSG masih lebih rendah dibanding Hang Seng yang mencapai 8,74 kali. Selama 2008, PER di bursa domestik mencapai 8,07 kali.

Bursa Singapura mencatat PER rendah, yakni mencapai 6,04 kali, Kuala Lumpur 10,17 kali, Nikkei 12,88 kali, dan Shanghai 14,22 kali.

Menurut Purwoko, gejala pelemahan pasar modal mulai terlihat dari berlanjutnya imbas krisis subprime mortgage yang mencapai puncak pada pertengahan September 2008. Saat itu, salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat (AS), Lehman Brothers, mengumumkan pailit. 

Memasuki kuartal keempat, beberapa negara mulai mengumumkan melemahnya perekonomian sebagai dampak terjadinya resesi. Di AS, angka penjualan ritel, perumahan terus menurun di tengah terus meningkatnya pengangguran.

Kondisi itu berdampak pada turunnya permintaan komoditas, sehingga menyebabkan harga minyak dunia, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), serta bahan tambang seperti nikel dan timah turun. Upaya organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memotong produksi dua juta barel pada pertengahan Desember tidak mampu mendorong kenaikan harga minyak.

"Bahkan, harga minyak sempat menyentuh US$ 33 per barel," ujar dia. Turunnya harga komoditas ikut mendorong saham pertambangan yang menjadi penopang IHSG turun tajam. 

Prediksi 2009
Purwoko mengatakan, pasar finansial global masih akan bergerak mendatar (flat) dengan kecenderungan melemah pada beberapa bulan ke depan. Perekonomian dunia diperkirakan membaik pada awal 2010, sehingga pasar modal sebagai indikator utama akan pulih pada semester I-2009.

"Memasuki awal 2009, kami perkirakan BI akan kembali menurunkan suku bunga sebagai langkah untuk menggairahkan perekonomian, setelah tekanan inflasi mereda," katanya.

Keputusan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar akan memperbesar peluang bagi pemotongan suku bunga. Meski bursa global masih dalam tren bearish, saat ini merupakan momentum bagi pasar saham domestik untuk mencari keseimbangan baru.

"Investor global akan mencermati langkah dan kebijakan yang akan diambil Presiden AS terpilih, Barrack Obama, terkait krisis ekonomi ini," tuturnya.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?

Selain itu, investor dalam negeri akan memperhatikan pengaruh beberapa agenda politik seperti pemilihan umum yang digelar tahun depan.

Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Kelompok teroris ISIS baru saja telah merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para anggotanya saat berada di dalam tah

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024