SMA 3 Padmanaba Yogyakarta

Sekolah dengan Nilai Historis Tinggi

VIVAnews - Masyarakat Yogyakarta pada umumnya pasti mengenal sebuah bangunan tua di tengah kota ini. Bangunan ini terletak di Jl. Yos Sudarso no. 7 Kotabaru, Yogyakarta (depan Stadion Kridosono).

Kasus Pemalsuan Surat Lahan, Gubernur Kepri Sebut Bisa Diselesaikan dengan Musyawarah

Biasanya mereka menyebutkan dengan istilah ”Tiga Bhe”(3B) atau ”Padmanaba”. SMA N 3 Yogyakarta menempati bangunan seluas 3.600 m2 di atas lahan seluas 21.640 m2 di kawasan Kotabaru Yogyakarta.

Pada zaman kolonial Belanda sampai pecah PD II (Desember 1941) sekolah ini dikenal sebagai AMS (Algemene Middelbare School) afdelling B. Siswa sekolah ini umumnya hanyalah anak-anak bangsawan (elite pribumi) dan anak-anak pegawai pemerintah kolonial.

Sidang PHPU, KPU Tepis Sirekap Jadi Bagian Kecurangan Pemilu

Adanya diskriminasi di dalamnya menyebabkan hambatan pada perkembangan intelektualitas anak-anak pribumi. Sekolah ini memang sengaja dibangun oleh Belanda untuk mematahkan mental bangsa Indonesia supaya dapat tetap berkuasa di bumi pertiwi tercinta ini.

Akan tetapi berkat rahmat dan hidayah-Nya, kalangan anak-anak pribumi yang menjadi siswa sekolah ini memiliki kesadaran sebagai bangsa yang bermartabat, sehingga tergugah untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa.

Intip Persiapan Telkomsel 'Mengukur Jalan' Jelang Lebaran

Seiring perjalanan waktu, tidak sedikit dari mereka yang tumbuh menjadi tokoh-tokoh masyarakat dan pejuang patriot yang terlibat langsung dalam pasang-surut perjuangan bangsa ini dari prakemerdekaan sampai era reformasi sekarang. AMS B berganti nama menjadi SMT (Sekolah Menengah Tinggi) pada masa pendudukan Jepang, tahun 1942.

Hingga akhirnya, tanggal 19 September 1942, didukung oleh Kepsek saat itu (Bp. Alm. RJ. Katamsi) sekolah ini diberi nama PADMANABA.

Kenapa diberi nama Padmanaba? Padma sendiri dalam bahasa Sansekerta berarti teratai merah atau dalam bahasa latin adalah Nelembium speciosum. Bunga ini melambangkan sebuah kesakralan kehidupan. Kuncupnya melambangkan kekuatan yang membumbung tinggi ke atas.

Daunnya selalu mengarah ke atas sehingga tak basah oleh air. Akar serabutnya yang saling mengait melambangkan rasa kekeluargaan yang tak bisa dipisahkan oleh apa pun. Teratai juga selalu berada di permukaan, tak peduli air sedang pasang ataupun surut. Warna merahnya juga melambangkan kesucian yang keindahannya dapat dilihat siapapun.

Tahun 1948, sekolah ini terbagi menjadi 2, yaitu SMA A di jl. Pakem 2 dan SMA B di jl. Taman krida 7. Tapi, tanggal 21 Desember 1948, sekolah ini berhasil diduduki Belanda. Tanggal 6 Juni 1949, SMA B dibuka kembali dengan pendidikan yang lebih berkualitas. Tahun 1956, SMA ini berubah nama menjadi SMA IIIB.

Tahun 1964 berubah lagi menjadi SMAN 3 Padmanaba Yogyakarta sampai sekarang. Kini, SMAN 3 Padmanaba Yogyakarta dikenal sebagai sekolah yang banyak menuai prestasi di berbagai bidang. Banyak alumni yang memegang peranan penting di negeri ini.

Bisa kita lihat langsung pula bahwa seorang pakar telematika Indonesia yang tersohor, Roy Suryo adalah alumni dari SMAN 3 Padmanaba Yogyakarta juga.

Padmanaba juga menyimpan misteri. Ada sebuah ruang di pojok timur, tepatnya ruang Kimia 1. Adalah ruang yang mempunyai kisah tersendiri. Konon, terdapat lorong yang menghubungkan dengan ruang Biologi 2 di pojok barat. Bahkan tersambung pula ke ruang VIIIG di SMPN 5 Yogyakarta.

Pada zaman pergolakan, sekolah ini memang berdiri dalam situasi yang kacau balau. Siswa-siswa sekolah pun turut andil di dalamnya. Dan mungkin lorong tersebut adalah jalan rahasia yang digunakan untuk melarikan diri. Terowongan itu akan tetap menjadi sebuah rahasia bagi Padmanaba.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya