Laporan Hanibal W dari Yordania

Tim Bantuan RI Sulit Menembus Gaza

VIVAnews - Misi Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina berupaya mencari jalan untuk bisa menyampaikan bantuan medis senilai Rp 10 miliar ke jalur Gaza.  Namun, upaya tim itu terganjal situasi keamanan yang memburuk akibat gencarnya serangan Israel pada Jumat dan Sabtu ini di wilayah Palestina.

Tim Indonesia tiba di Amman, Yordania, Jumat sore, pukul 15.30 waktu setempat (19.30 WIB). Mereka membawa bantuan dua ton obat-obatan, dan berencana membuka rumah sakit lapangan bagi rakyat Palestina korban agresi militer Israel. Rombongan tiba setelah menempuh perjalananan 20 jam dari Jakarta, dengan rute Jakarta-Doha-Amman.

Bantuan obat-obatan Indonesia awalnya bernilai Rp 2 miliar, atau sekitar US $ 200 ribu. Tapi, belakangan jumlah itu naik lima kali lipat menjadi sekitar US$ 1 juta, atau setara Rp 10 miliar. Dari total bantuan, Rp 300 juta berupa obat-obatan produksi Indonesia.  Sebagian bantuan akan diserahkan kepada wakil pemerintah Palestina  siang ini,  waktu Amman.

Direncanakan, setelah penyerahan bantuan, Tim akan masuk ke wilayah Gaza. Namun, rencana itu masih dalam pembicaran teknis para diplomat Indonesia di Amman dan Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina, Peter Ford.

Sah! Putri Isnari Resmi Menikah dengan Abdul Azis

“Pemerintah Israel kini makin brutal,” ujar Peter Ford kepada Wartawan ANTV Hanibal Wijayanta yang ikut dalam rombongan tim Indonesia.

Menurut Ford, akibat serangan Israel dua hari terakhir, dua staf UN's Relief and Works Agency (UNRWA) tewas, dan delapan lainnya terluka.  “Saya tak bisa menjamin bantuan kemanusiaan Indonesia itu masuk hingga ke jalur Gaza,” katanya . UNRWA adalah badan khusus yang dibentuk untuk menangani pengungsi Palestina.

Akibat kondisi keamanan yang buruk, Tim Indonesia kesulitan mengawal bantuan masuk ke jalur Gaza. Jalan  sedang ditempuh adalah bekerjasama dengan lembaga sosial milik kerajaan Yordania, Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO). Sebab, hanya lembaga inilah yang memiliki izin dari Israel,  serta punya akses membawa bantuan kemanusiaan.

Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri RI, A Chandra Salim, mengatakan soal perizinan masuk ke kawasan perbatasan di Palestina agak rumit.  Pintu di perbatasan Gaza-Mesir, misalnya, izin masuk semula diberikan oleh Mesir maupun Israel. Kini, di kawasan perbatasan Mesir-Gaza, ada empat pihak berwenang memberikan akses masuk.  Mereka adalah Palestina, Mesir, Uni Eropa dan Israel.

Mesir menyarankan bantuan Indoensia tidak berupa obat-obatan, namun dana tunai yang bisa dibelanjakan membeli obat-obatan dan kemudian disalurkan melalui Bulan Sabit Merah Mesir.

Untuk masuk lewat Mesir, daerah yang dituju adalah Rafah, yakni perbatasan Mesir ke Gaza. Jalur Yordania diduga lebih memungkinkan masuk  melalui Ramalah, kemudian ke Tepi Barat. Tapi, setelah di Tepi Barat, belum begitu jelas apakah bantuan itu bisa terus sampai ke Gaza.

Tim bantuan kemanusiaan Indoensia itu dibentuk Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari.  Anggotanya berjumlah 15 orang, antara lain adalah dua pejabat Departemen Kesehatan, seorang pejabat Departemen Luar Negeri, lima dokter dari lembaga bantuan kemanusiaan, dan enam wartawan Indonesia.

Hanibal Wijayanta, Amman, Yordania | ANTV

Presiden Direktur P&G Indonesia Saranathan Ramaswamy

Presdir P&G: Konsumen Adalah Bos

Presiden Direktur Procter & Gamble (P&G) Indonesia, Saranathan Ramaswamy menyebut bahwa konsumen adalah bos.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024