Di Gaza, Bisnis Poster Orang Mati Laris Manis

VIVAnews - Tak sedikit warga Palestina yang tewas setelah tank militer Israel menggempur rumah mereka di Jalur Gaza. Yang lain meregang nyawa ketika bom dari pesawat-pesawat Israel jatuh di kantor mereka.

Ada juga warga yang bertekad melanjutkan perlawanan. Namun, di tengah penderitaan, masih ada celah untuk mendulang rejeki.

Di Kota Gaza, misalnya. Banyak warga berdesakan di tempat percetakan Nibras yang memproduksi poster dan spanduk berwarna bergambar kerabat atau teman mereka yang sudah meninggal akibat serangan Israel.

Warga Palestina menyebut mereka yang tewas sebagai "martir". Martir dikenang dengan menggantungkan poster yang menampilkan foto dan nama mereka di rumah dan lokasi sekitarnya.

Kantongi Surat Tugas Maju Pilgub, Bobby Nasution: Tak Perlu Daftar Lagi ke Golkar Sumut

Namun belum pernah orang meninggal begitu banyak seperti sekarang ini, ketika pasukan Israel menggempur Jalur Gaza sejak 27 Desember lalu. Bagi sebagian orang, situasi ini mendatangkan  peluang bisnis pasca 22 hari serangan Israel di Jalur Gaza.

Sebelum perang berkecamuk, cuma sekitar 30 persen pesanan di percetakan adalah pesanan poster bergambar orang mati. Sisanya, kata Ahmed al-Hor- pemilik Nibras, adalah pesanan untuk papan nama toko, label produk kemasan seperti kecap dan sambal botol, atau makanan dan sabun bayi. Sekarang, 90 persen pesanan adalah poster orang mati.

Poster orang mati itu laris manis. Para calon pemesan membanjiri toko Nibras. Mereka semua adalah pria yang sebagian besar berjenggot, dan beberapa mengenakan celana dan jaket militer.

Beberapa pelanggan mengaku kalau mereka punya hubungan dengan kelompok bersenjata Gaza, dan mereka memesan poster bergambar para pejuang yang gugur.

Sebut saja Mohammed Bedawi- seorang pejuang Jihad Islam yang gugur. Kematiannya diperingati dalam sebuah poster pesanan sepupunya, Abed Bedawi. Abed membentangkan poster sepupunya saat tewas berusia 20 tahun.

Dalam poster besar itu, Mohammed Bedawi yang tampak tegas, dikelilingi siluet pohon-pohon palem dan burung-burung yang sedang terbang. Teks dalam poster itu bertulis "Sebagai ucapan selamat tinggal." Di sudut atas terdapat simbol Jihad, kelompok militan yang kata Israel ditunggangi oleh Iran. Abed akan menyerahkan poster itu untuk ibunda Mohammed.

Yang lain memesan dengan motivasi serupa. Yusuf Mustapha, yang baru saja mengambil pesanan seribu lembar poster sepuluh pejuang Jihad, mengatakan, "Mereka baru saja kembali dari misi Jihad, lalu mereka kembali dan peluru misil mengenai mereka di pintu rumah mereka," kata Mustapha.

"Keluarga para martir itu akan mengambil poster-poster ini, dan kami juga akan menggantungkannya di lingkungan kami," lanjut Mustapha.

Ketika ditanya dari mana dia mendapat uang US$ 925 untuk membayar pesanan, Mustapha hanya tersenyum dan berkata, "dari orang baik hati." Saat didesak, pria 25 tahun ini mengaku kalau dia juga anggota Jihad.

Namun, tidak semua poster adalah poster pejuang Hamas. "Ini poster sebuah keluarga," kata seorang pegawai berusia 26 tahun, Mahmoud Istewi, sambil menunjukkan layar monitor komputer sebelum poster dicetak. "Martir dari rumah keluarga Deeb".

Demikian tertulis di layar, di atas foto dua pria dewasa, tiga anak laki-laki, dua anak perempuan, dan empat bunga mawar yang mewakili para perempuan dewasa. Di bawah foto masih ada tulisan "Mereka yang mencapai surga karena serangan penuh kebencian Zionis pada 16 Januari 2009."

Istewi tak tahu menahu bagaimana cara mereka mati. "Kami hanya mencetak poster," katanya sambil mengangkat bahu. "Mereka memberi kami pekerjaan, dan kami melaksanakannya."

Beberapa hari terakhir, seribu lembar poster berukuran 91 sentimeter dijual dengan harga US$ 925 (sekitar Rp 10,5 juta). Namun sebagian besar pemesan lebih suka spanduk plastik berukuran lebar serharga US$ 1,20 (sekitar Rp 14.000) per kaki (per 30 sentimeter).

Harga itu telah berlipat ganda dibanding waktu Hamas belum mengambil alih Gaza, 2007 lalu. Setelah Hamas menguasai Gaza, Israel memperketat blokade, sehingga pasokan untuk percetakan harus diselundupkan lewat lorong-lorong rahasia. Inilah yang menyebabkan harga poster berlipat ganda.

Untuk memesan, pelanggan membawa foto digital yang disimpan dalam flash-disk. Biasanya mereka menyimpan beberapa foto, seperti misalnya foto mendiang dalam busana pernikahan, dan foto mendiang saat memegang senjata atau mesin peluncur roket. Foto-foto itu kemudian dikombinasikan dengan gambar lain.

Yang paling populer adalah Dome of the Rock dan masjid al-Aqsa di Yerusalem. Pilihan lain adalah grafik serangan roket militan atau pemandangan alam seperti surga.

Karena sebagian besar pesanan dibayarkan oleh kelompok militan, pihak toko bersikap hati-hati agar tidak terlihat memihak salah satu kelompok di Palestina. Di kaca toko digantungkan plakat penghargaan dari kelompok militan Hamas, dan rivalnya, Fatah. (AP)

Bea Cukai dan Bareskrim Polri Jalin Sinergi Gagalkan Peredaran Narkotika di Tangerang dan Aceh
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia / MKRI

MK Juga Surati KPU dan Bawaslu, Bakal Bacakan Dua Putusan

MK bakal membacakan putusan sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 pada 22 April 2024 mendatang.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024