"Kami Bingung, Investasi Saham Kok Tak Aman"
VIVAnews - Para nasabah PT Sarijaya Permana Sekuritas mengeluhkan nasib investasinya di produk pasar modal lewat perusahaan sekuritas milik Herman Ramli tersebut. Mereka terheran-heran bahwa investasi di saham yang selama ini dianggap bisa dipercaya ternyata tidak aman bagi nasabah.
"Kami bingung, yang kami tahu investasi di saham itu aman," ujar Teguh Hartono, nasabah Sarijaya di Komisi Keuangan DPR di Jakarta, Senin, 9 Februari 2009. Tetapi, kenyataannya tidak aman. "Uang kami bisa dicuri."
Teguh pun terkejut ketika kasus Sarijaya merebak. Apalagi, setelah membaca informasi dari media bahwa pemilik Sarijaya menggelapkan dana nasabah hingga Rp 250 miliar.
Seharusnya nasabah bisa memperoleh bukti cetak efek atau saham dari Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI). Namun, nasabah tidak bisa memperolehnya karena harus ke Sarijaya.
"Saat ke Sarijaya dibilang aman," ujarnya. Namun, ketika cetakan efek dari Sarijaya dicocokkan dengan bukti efek dari KSEI ternyata berbeda, ada yang hilang.
Nasabah kemudian mempertanyakan hal tersebut kepada Sarijaya. Namun, menurut karyawan Sarijaya, uang nasabah ternyata dimasukkan ke modal kerja bersih disesuaikan (MKBD). Padahal, MKBD seharusnya merupakan tanggung jawab pemilik sekuritas.
Dari data-data itu, nasabah mengetahui bahwa saham perorangan bisa dimainkan oleh sekuritas. "Itulah yang harus diperjelas supaya sekuritas tidak boleh mengambil portofolio kami."