Bunga Tinggi, Deposito Melesat Rp 135 Triliun
VIVAnews - Minat masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito rupiah kian meningkat sepanjang 2008. Besarnya minat pemilik dana itu tercermin dari lonjakan simpanan berjangka itu sebesar Rp 135 triliun.
Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia, pada Desember 2007, jumlah deposito rupiah di perbankan masih Rp 540,9 triliun. Namun, setahun kemudian melonjak menjadi Rp 675,9 triliun. Di bank swasta devisa terjadi kenaikan deposito sebesar Rp 57,5 triliun, sedangkan di bank milik negara meningkat Rp 56 triliun.
Kenaikan simpanan berjangka itu lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan. Simpanan berbunga rendah ini hanya naik Rp 42,2 triliun dari Rp 434,5 triliun menjadi Rp 476,7 triliun.
Sedangkan, simpanan dalam bentuk giro justru menurun sepanjang 2008 dari Rp 309,3 triliun menjadi Rp 307,7 triliun.
Data BI juga menyebutkan jumlah deposito kian melonjak dalam beberapa bulan menjelang tutup tahun 2008. Itu terjadi seiring dengan tawaran bunga tinggi dari perbankan. Pada saat krisis keuangan global merebak, bank-bank bersaing ketat menawarkan bunga tinggi untuk menjaga likuiditas mereka.
Bahkan, sepanjang Oktober - November 2008, ketika krisis kepercayaan melanda perbankan, bank-bank papan atas berani memasang bunga di atas 10 persen. Apalagi, pada masa itu, bank sentral juga mematok bunga acuan atau BI Rate tinggi hingga 9,5 persen.
Namun, sejak Desember, BI Rate mulai menurun. Bahkan, pada Januari dan Februari berturut-turut BI Rate dipangkas drastis masing-masing 0,5 persen sehingga posisi BI Rate saat ini berada di level 8,25 persen.
"Imbas pertama penurunan BI Rate adalah bunga deposito akan turun," ujar analis perbankan dari BRI, Djoko Retnadi kepada VIVAnews di Jakarta beberapa hari lalu. Sebab, jangka waktu simpanan deposito umumnya pendek, yakni ada yang 1, 3 dan 6 bulan. Nantinya akan disesuaikan.