VIVAnews - Slogan 'Yes We Can' menjadi salah satu faktor kemenangan yang mengantarkan Barack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat. Tetapi strategi slogan kampanye seperti itu ternyata belum bisa diterapkan di Indonesia.
"Kampanye di Amerika berkaitan erat dengan sharing value, beda dengan jualan Coca-Coca," ujar salah satu anggota tim pemenangan Barack Obama, Joe Hansen dalam diskusi di Hotel Intercontinental, Jakarta, Rabu, 11 Februari 2009.
Joe Hansen ingin menyampaikan bahwa penyampaian pesan saat kampanye merupakan salah satu faktor penentu kemenangan Obama. Siapapun pemenangnya, pasti telah membawa pesan penting. Begitu juga sebaliknya.
"Pada 2004 George W Bush membawa isu keamanan nasional. Tahun 2002 masih Bush, mengusung pembaruan untuk Washington. Ketika Clinton maju, isunya soal menjembatani abad 21. Kalau John Mccain (lawan Obama), Saya tidak tahu membawa isu apa," ujar Joe.
Terkait slogan Bush yang mengusung pembaruan untuk Washington, ternyata dilatarbelakangi dengan skandal antara Monica Lewinsky dengan Presiden Bill Clinton.
Gaya kampanye dan slogan itu rupanya tidak sepenuhnya dapat diterapkan di Indonesia. Pendapat itu disampaikan anggota Dewan Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Daniel Dakhidae.
"Kalau di Indonesia itu agak kesulitan untuk menentukan slogan. Karena kita perlu karakter hebat, jualan saat kampanye juga belum sophisticated (canggih). Contohnya slogan Membela Rakyat," ujar Daniel.
Menurut Daniel, berapapun hebatnya si konsultan kampanye, maka hal yang paling penting adalah produk alias si kandidatnya. "Produknya adalah pesan," ujar Daniel.
Faktor kedua yang menjadi kunci kemenangan Obama adalah proses demokratisasi. Obama melibatkan sebanyak mungkin orang untuk aktif dalam tim relawan kampanye.
Faktor kedua ini memberikan efek akan lebih banyak publik yang datang untuk memberikan suara bagi Obama. "Untuk tim kampanye online ada 100 orang. Sebanyak 60 orang diantaranya untuk mengirim email kepada calon pemilih," kata Joe.