Heboh Ponari

Sihir Dukun Cilik

VIVAnews - RATUSAN orang menyemut di sebuah kebun pisang di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur. Jumat, 13 Februari 2009, mereka mengerubuti sebuah gubuk lapuk—berdinding bilik, beratap seng.

Tiba-tiba dari dalam rumah keluar beberapa orang. Mereka berteriak-teriak, "Pergi. Pergi dari sini. Tempat ini tutup!" Satu per satu orang di kerumunan itu pun beranjak. Tapi tak jauh.  Ada yang cuma bergeser ke rumah sebelah atau duduk-duduk di sejumlah warung di dekat situ.

Seregu polisi berjaga ketat di pintu masuk dusun. Setiap orang yang melintas diperiksa. Tak boleh ada yang masuk kecuali penduduk setempat. Wartawan VIVAnews pun sempat tertahan dan baru diizinkan masuk setelah menunjukkan kartu pers.

Yang sudah berada di Kedungsari, diimbau segera pulang. "Yang sudah terlanjur datang, pulang lah ke kampung," kata Ajun Inspektur Dua M. Subadar dari Kepolisian Resor Jombang.

Imbauan itu dianggap angin lalu. Tak seorang pun beranjak. "Saya bertekad untuk bertemu Ponari," kata Setiadi, warga Ponorogo, Jawa Timur. Dia bersama 20 orang lainnya tiba di dusun ini sejak subuh, Kamis 12 Februari 2009. Mereka mengaku ingin berobat. Ada yang sesak nafas, ada juga yang gatal-gatal.

"Kami sudah menunggu sejak pagi, tapi hingga kini Ponari belum kelihatan," ujar Arni, salah satu pasien yang mengaku sedang digerogoti tumor.

Lain lagi cerita Paimun yang telah 30 tahun menjadi transmigran di Kalimantan Selatan. Saat itu dia sebenarnya hendak pulang kampung ke Loceret, Nganjuk,  Jawa Timur. Namun, tergoda heboh berita Ponari, dia buru-buru singgah. "Saya kaget, ternyata banyak yang datang ke tempat ini," katanya.



Di tengah hiruk-pikuk politik pemilu, di saat politisi ramai saling sindir di Jakarta, sebuah kabar unik meruap dari Jombang. Alkisah, di Dusun Kedungsari ada seorang dukun cilik berusia 9 tahun yang memiliki batu ajaib. Namanya: Muhammad Ponari. Putra pasangan Kasemin - Mukaromah ini digembar-gemborkan sakti mandraguna. Batu Ponari dikisahkan sanggup menyembuhkan aneka ragam penyakit (Lihat “Kisah Batu si Ari”)

Kabar ini lalu menyebar sihir. Ribuan orang datang berbondong-bondong ke Kedungsari. Sadar kalau rezeki nomplok sedang menghampiri, antena bisnis Paeno,paman Ponari, pun bergetar kencang. Ia menggagas ide “cemerlang”: mendirikan klinik, ... atau, lebih tepatnya, rumah perdukunan. Lokasinya dipilih di sebuah rumah beton bercat putih milik seorang tetangga.

Di halaman muka, tenda pun didirikan lengkap dengan jalur antrean pasien. Sejak 14 Januari 2009, Ponari resmi buka praktek. Kepada setiap pengunjung, Paman Paeno rajin mempromosikan kesaktian sang keponakan yang mampu mengobati segala tipe penyakit dan mengabulkan semua jenis keinginan—tentu berikut segala bumbu dan kecapnya.

Promosi di luar nalar itu segera meluas. Mula-mula tersebar di seputar Jombang, dongeng itu lalu ditebar media massa. Wajah Ponari “sang dukun cilik” pun menghiasi layar televisi dan halaman koran, dan merasuk ke seluruh penjuru negeri.

"Semula, pasiennya cuma tetangga di desa ini," kata Kepala Desa Balong Sari, Nila Retno Cahyani. "Hanya dalam tempo lima hari, mulai berdatang pasien dari luar desa, bahkan dari luar Jawa." Pada Februari 2009, jumlah antrian disebut-sebut sudah mencapai sepuluh ribuan orang.



Sihir Ponari bahkan telah memakan empat korban jiwa. Pada 9 Februari, seorang pasien dan pedagang asongan tewas terinjak-injak ribuan pengunjung yang antri berdesak-desakan. Sepekan sebelumnya, dua pasien lain juga meninggal, diduga karena penyebab serupa.

Banyak yang Mudik H-4, Menhub Minta Maskapai Berikan Promo di H-10

Terlambat bertindak—seperti biasanya—polisi lalu menutup praktek perdukunan itu. Kepala Kepolisian Resor Jombang, Ajun Komisaris Besar M. Kosim, mengatakan langkah itu diambil untuk mencegah korban jatuh lebih banyak lagi. "Kami sudah sepakat untuk menutupnya secara permanen," kata Kosim.

Sejak itu Ponari seperti menghilang. Ada yang bilang Ponari sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Namun, saat wartawan VIVAnews mengunjungi rumahnya, Ponari sempat terlihat sebentar sebelum kembali buru-buru lari masuk ke rumah. Permohonan untuk menemuinya dicegah pihak keluarga dan polisi. "Saat ini dia tidak bisa ditemui siapa pun," Kosim menegaskan.

Toh, pengunjung terus menerobos masuk. Tak bisa lewat jalan raya, mereka menyusup melalui sawah. Bahkan, kisah sihir Ponari seperti kian menjadi. Sehari setelah penutupan, beredar cerita bahwa yang berkhasiat bukan hanya air yang dicelup batu ajaib Ponari. Air sumur di depan rumahnya pun mujarab. Maka berbondong-bondong lah pengunjung mengerubuti sumur itu. Mereka baru berhenti setelah pompa rusak diterjang massa yang bak kerasukan.

Tak cuma itu, sebagian bahkan berebut meminum air hujan yang tumpah dari atas tenda “klinik”.  Lebih edan lagi, yang belum kebagian lalu menyerbu air comberan di sekeliling rumah. Ada yang memasukkannya ke dalam botol dan kantung plastik, tapi sebagian yang lain langsung menenggak di tempat air berwarna kecoklatan itu. “Mereka gampang termakan isu yang ditiupkan orang yang mencari untung,” kata Kosim.
 


Lepas dari segala hal yang mustahil dari dongeng sihir ini, Ponari adalah sumber rezeki tak terkira.

Kasemin, ayah Ponari, langsung pensiun dari profesinya sebagai pencari kodok dan keong. Wajah sang ibu, Mukaromah, juga sudah mulus bersih dari lumpur sawah. "Ponari membawa berkah bagi keluarganya," kata Paeno, sang paman. "Kami tak pernah meminta uang kepada pasien.”

Meski demikian, toh Paeno rajin mempersilakan pengunjung memasukkan sejumlah uang ke kotak yang khusus disiapkannya. Suatu harian lokal mengabarkan keluarga Ponari meraup uang ratusan juta rupiah dari praktek “batu ajaib” ini. Menolak menjelaskan berapa nilainya, Senen, kakek Ponari berumur 70 tahun, mengaku menyetorkan uang hasil praktek cucunya itu ke bank setiap hari.  

Taksiran jumlah itu boleh jadi bukan isapan jempol. Di luar ongkos praktek, tiap pengunjung harus membayar karcis seribu rupiah. Tiap hari hingga Selasa 10 Februari 2009, ada ribuan orang datang berkunjung. Bahkan, menurut pengakuan panitia setempat, pernah dalam satu hari karcis yang terjual mencapai belasan ribu.

Warga setempat pun terkena imbas berkah Ponari. Di tengah pengunjung yang mengular, bermunculan pedagang ini dan itu. Salah satunya, penjual buku berjudul "Ponari Sang Dukun Cilik.” Buku yang dicetak kilat di Kota Jombang ini berkisah tentang asal muasal batu ajaib Ponari dan kesaktiannya mengobati berbagai jenis penyakit.

Anak Selebgram Aghnia Punjabi Diduga Dianiaya Pengasuh, Badan Diduduki hingga Kepala Dibanting

Ponari memang bak juru selamat buat desanya. Berpenduduk 1.200 orang, Desa Balongsari adalah potret kemiskinan paling telanjang di Jawa. Rata-rata warga adalah petani musiman. Tingkat penggangguran mencapai 70 persen. Sang kepala desa, Nila Retno Cahyani, sampai mengaku tak tahan melihat kemelaratan yang begitu akrab di tengah warganya. Kondisi puskesmas di ujung kampung jauh dari layak. Bila ada warganya dirujuk untuk berobat ke Rumah Sakit Jombang atau RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Nila sudah pasti harus menerbitkan surat keterangan miskin.

“Efek-Ponari” tiba-tiba memberikan jawaban buat semua kemelaratan ini. Tak kurang dari 25 pemuda pengangguran langsung mendapat pekerjaan: jadi tukang ojek dadakan. Aurel Kliwon, salah satu dari mereka, mengaku bisa mengantungi Rp 100-300 ribu per hari. Sebagian lagi menjadi tukang parkir yang sibuk mengatur kendaraan yang berjejer-jejer sampai tiga kilometer.

Sejumlah warga menyulap rumahnya menjadi penginapan dan warung. "Rata-rata tamu memberi uang Rp 50 ribu semalam," kata Sri Supeni, seorang pemilik penginapan. Dari warungnya, dia mengaku bisa mendapat untung Rp 200 ribu sehari.

Lama tak dipedulikan dinas pekerjaan umum setempat, jalan di kampung itu kini dibangun warga sendiri dengan bergotong-royong. “Kami mendapat rezeki dari dia, wajar kalau kami menyisihkan sebagian untuk hal-hal seperti itu," kata Suwanto, seorang warga.

Karena itu, di luar kisah sihir tak masuk akal itu, Sosiolog dari Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola, berkomentar setengah menyindir, "Pemerintah seharusnya berterimakasih kepada Ponari."

Suara Golkar di Pemilu 2024 Naik Signifikan, Airlangga: Hitungan Kami Dapat 102 Kursi
[dok. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub]

Awas Kehabisan! Pendaftaran Mudik Gratis Moda Bus Kembali Dibuka, Kuota 10.000 Orang

Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat kembali membuka pendaftaran mudik gratis moda bus sebanyak 10 ribu orang.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024