VIVAnews – Setelah bercokol selama lebih dari enam bulan, pada 26 Februari 1991, Saddam Hussein menarik mundur tentara Irak dari Kuwait.
Menurut laman berita BBC, tidak lama setelah perintah Saddam diumumkan di televisi, ratusan kendaraan militer dan sipil Irak bergerak ke utara meninggalkan Kuwait.
Penarikan mundur ini dilakukan hanya selang beberapa jam sebelum tentara koalisi memasuki ibukota Kuwait.
Irak menduduki Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 setelah terlibat sengketa perbatasan selama beberapa lama. Hanya dalam waktu dua hari, seluruh wilayah Kuwait berhasil dikuasai Irak.
Sehari kemudian, pada 3 Agustus 1990, PBB mengenakan sanksi ekonomi terhadap Irak. Badan dunia tersebut kemudian menetapkan tanggal 15 Januari 1991 sebagai tenggat terakhir penarikan mundur pasukan Irak.
Keengganan Irak untuk mundur dari Kuwait mendorong Amerika Serikat, yang merupakan sekutu dekat negara kaya minyak tersebut, untuk membombardir Irak dengan pengeboman udara selama lebih dari satu bulan.
Pada 24 Februari 1991, tentara koalisi mulai bergerak masuk ke wilayah Kuwait. Dua hari kemudian, Irak yang kalah dari segi jumlah, teknologi, dan persenjataan memilih menarik mundur tentaranya daripada berperang dengan koalisi.
Pada 28 Februari 1991, presiden AS saat itu, George Bush Sr. mengumumkan gencatan senjata setelah Irak bersedia menerima resolusi PBB. Resolusi tersebut mencakup pembebasan seluruh tawanan perang koalisi serta pembatalan semua klaim Irak terhadap pemerintah Kuwait.