Harga Minyak Lampaui US$53/barel

VIVAnews - Harga minyak melonjak di atas US$ 53 per barel dalam perdagangan di kawasan Asia, Senin siang 6 April 2009. Pemicunya adalah harapan pada upaya global untuk mengangkat perekonomian keluar dari resesi akan menunjukkan keberhasilan.

Minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei menguat 60 sen menjadi US$ 53,11 per barel. Sedangkan minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 37 sen menjadi US$ 53,84 per barel. "Para investor yakin akan terdapat kerja sama untuk mengeluarkan ekonomi dari resesi [setelah konfrensi G-20]," kata Tony Nunan, manajer di Mitsubishi Corp, Tokyo, Jepang, seperti dikutip di laman The Straits Times.

Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, dan pemimpin negara maju dan berkembang dalam G-20 pekan lalu di London, Inggris, mencapai kesepakatan untuk merancang program penyelamatan ekonomi, termasuk suntikan dana kepada Dana Moneter Internasional (IMF).

Namun, para analis waspada kalau-kalau harga minyak tidak akan terus bertahan pada tingkat harga saat ini karena ekonomi global dan permintaan energi masih lemah.

"Kami yakin bahwa pertumbuhan lemah ekonomi dan anjloknya permintaan minyak dalam beberapa bulan terakhir membawa arti bahwa reli harga minyak tidak akan stabil," kata analis di Deutsche Bank, Michael Lewis.

Pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa tingkat pengangguran di negara konsumen energi terbesar itu melonjak menjadi 8,5 persen pada Maret yang merupakan tingkat paling tinggi dalam 25 tahun terakhir. Penyebabnya adalah pengurangan karyawan oleh berbagai perusahaan yang tertimpa krisis.

TKN Imbau Pendukung Prabowo-Gibran Tak Gelar Aksi Saat Sidang Putusan Sengketa Pilpres
dana asing

Israel-Iran Memanas, BI Catat Modal Asing Kabur dari Indonesia Rp 21,46 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat, modal asing keluar atau capital outflow di pasar keuangan domestik mencapai Rp 21,46 triliun di pekan ketiga April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024