Peringatan Hari Bumi

Momen Tepat Mengkampanyekan "Generasi Hijau"

VIVAnews - Para pecinta lingkungan hidup di penjuru dunia merayakan Hari Bumi Internasional, Rabu 22 April 2009. Mereka memperingati Hari Bumi ke-39 ini dengan meluncurkan kampanye 'Generasi Hijau' dengan harapan semua orang dari seluruh golongan akan berpartisipasi melestarikan lingkungan.

Warga di manca negara, mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga Jepang mengadakan sejumlah kegiatan berkaitan dengan Hari Bumi. Namun Presiden Jaringan Hari Bumi (EDN) Kathleen Rogers berharap kemeriahan tidak berhenti di hari ini saja.

"Perayaan Hari Bumi merupakan titik awal bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan besar," ujar Rogers kepada televisi CNN.

Perayaan Hari Bumi akhir-akhir ini sering mendapat kritik karena telah bergeser dari gerakan kesadaran massal yang bersifat spontan menjadi peluang bagi sejumlah perusahaan untuk menjual janji palsu kepada pemerhati lingkungan.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Sejak 1970, topik lingkungan telah menjadi masalah internasional sehingga perayaan Hari Bumi bergerak menjadi ajang populer semata.

"Sekarang waktunya berubah melalui program Generasi Hijau yang akan berjalan selama dua tahun, karena delapan tahun terakhir kita terus mengabaikan masalah perubahan iklim," ujar Rogers.

Tujuan kampanye Generasi Hijau ini sangat mulia, antara lain mengembangkan ekonomi hijau, mengurangi penggunaan bahan bakar energi fosil, dan mempromosikan pola konsumsi yang ramah lingkungan. Tujuan-tujuan itu dapat tercapai dengan usaha kecil seperti membeli produk lokal, hingga melalui proyek raksasa seperti menanamkan modal dalam program penelitian teknologi hijau.

Asia dengan jumlah penduduk mencapai 60 persen dari penghuni dunia menjadi kawasan utama untuk memperlambat perubahan iklim. Kerusakan lingkungan terbesar juga terjadi di kawasan ini, terutama di negara yang mulai bergerak menjadi raksasa industri seperti China dan India.

Berdasarkan data EDN, lebih dari 40 ajang akan digelar di China, Jepang, Filipina, Korea Selatan, dan India. Namun kampanye kesadaran lingkungan harus terus dilakukan sepanjang tahun di Asia.

Hal ini telah dilakukan beberapa orang. Misalnya Wilson Ang, yang membentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) Environmental Challenge Organization Singapore (ECO) pada 2002. Ang berharap lembaganya mampu menyadarkan kaum muda Singapura mengenai pentingnya gaya hidup yang ramah lingkungan.

Menurut Ang, ketika ia memulai ECO Singapore, topik pelestarian alam hanya berputar di konservasi dan daur ulang. Tidak ada yang peduli mengenai kesinambungan energi dan perubahan iklim. Kini, banyak perubahan telah terjadi.

Ang berhasil mengerahkan komunitas lokal dan meraih dukungan pemerintah Singapura untuk membersihkan pantai, membangun think-tank ekonomi hijau, dan memberi penyuluhan.

Pemerhati lingkungan asal Inggris Jenny Quinton juga mengaku melihat sinyal positif mengenai kesadaran lingkungan di Asia. Quinton membangun perusahaan pelestari keragaman ekologis Ark Eden di Pulau Lantau, Hong Kong.

"Berdasarkan pengalaman saya, masyarakat China bereaksi sangat cepat begitu mereka mengenali masalah," ujar Quinton.

Quinton dan Ang sama-sama menggunakan pendekatan personal dalam membangkitkan kesadaran untuk menjaga lingkungan. "Saya rasa kita tidak memunyai pilihan selain ikut bergabung dengan generasi hijau," kata Quinton.

Sidang Lanjutan sengketa perselisihan hasil Pilpres 2024 di MK

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Kubu 01 dan 03 meminta izin ke MK agar bisa menghadirkan sejumlah menteri dalam persidangan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024