Sultan Capres 2009

Pertemuan Yogya Dinilai Tak Mewakili Adat

VIVAnews – Sebagian rakyat Yogya menilai acara Pisowanan Agung (pertemuan antara rakyat dan raja) di Alun-alun Utara, Keraton Yogyakarta, Selasa 28 Oktober 2008 ini, bermuatan politik. Sebab, mereka melihat acara ini mendapat sokongan dari partai politik untuk mencalonkan Sri Sultan menjadi presiden pada Pemilihan Umum 2009.

Asia Business Council 2024, Menko Airlangga Kasih Bukti Ketahanan Ekonomi Indonesia

Ketua Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa Yogyakarta (Ismoyo) Mulyadi mengatakan, acara tatap muka antara raja yang disegani dengan rakyat kecil ini sudah tidak murni lagi. Mulyadi adalah ketua paguyuban yang membawahi ribuan kepala dukuh dan pedagang kecil.

Menurut Mulyadi, tanda-tanda acara itu tidak murni kegiatan rakyat Yogya ialah masyarakat yang datang ke acara itu bukan dari Yogya saja, melainkan dari berbagai daerah lain. Bahkan, sampai ke luar Pulau Jawa.

Kebakaran Toko Bingkai di Mampang, Karyawan Sempat Dengar Ledakan Sebelum Api Muncul

Di samping itu, katanya, ada juga partai politik peserta Pemilihan Umum 2009 yang ikut campur tangan dalam acara ini. Misalnya ada partai yang menawarkan untuk menyediakan angkutan umum untuk memobilisasi masyarakat Yogya datang ke Alun-Alun. Tapi, Mulyadi tidak mau menyebutkan partai yang dimaksud.

Paguyuban Ismoyo merupakan salah satu perkumpulan berpengaruh di Yogya. Anggotanya tersebar di Sleman yang terdiri 86 kepala desa, meliputi 1.212 kepala dukuh. Di Bantul terdiri 75 kepala desa, meliputi 955 kepala dukuh. Di Gunung Kidul terdiri 144 kepala desa meliputi 1.431 kepala dukuh. Kulonprogo terdiri 88 kepala desa, meliputi 965 kepala dukuh. Data itu belum termasuk para pejabat carik.

Kebakaran Toko Bingkai di Mampang, Polisi Sebut Ada 7 Orang Terjebak di Lokasi

Anggota paguyuban ini juga menyebar di sejumlah elemen masyarakat, di antaranya Paguyuban Tukang Becak, Pedagang Kaki Lima, Paguyuban Pedagang Pasar, Paguyuban Onggo Dento, Paguyuban Warakawuri, Payuyuban Ternak, Paguyuban Warga Yogya di Jakarta. “Itu sebagian kecil elemen kami,” katanya.

Paguyuban ini juga sevisi dengan Paguyuban Ngeman Sultan. Sebuah paguyuban yang selalu memberi berbagai masukan kepada Sultan agar selalu  menimbang-nimbang tawaran dari partai politik yang ingin mengusung menjadi calon presiden.

Paguyuban Ismoyo, katanya, selama ini menjadi pendukung setia perjuangan Sri Sultan untuk selalu melekatkan status keistimewaan daerah bagi Yogya. Paguyuban-paguyuban rela berjuang sampai dimanapun demi status keistimewaan itu. “Tapi kalau pencapresan kami tidak ikut,” katanya. Rakyat Yogya menghendaki Sri Sultan menjadi gubernur saja.

Reaksi masyarakat Yogya ini terjadi sejak Partai Republika Nusantara menyatakan mengusung Sri Sultan menjadi calon presiden.

Siang ini, selain mengundang masyarakat, Pisowanan Agung di Alun-alun Utara juga akan dihadiri 35 dari 118 mantan raja Nusantara dan massa dari seluruh Indonesia untuk mendaulat Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi calon presiden 2009. Raja-raja ini, diantaranya dari Bali, Lampung, Medan, Solo, Jawa Barat, NTB, NTT dan Maluku.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya