Mendulang Suara 2009

Melirik Lagi Cendana

VIVAnews – SITI Hediati Hariyadi tiba pukul 13.00 WIB, Rabu 20 November 2008. Begitu turun dari Toyota Alphard hitam, perempuan berbusana hijau pastel itu langsung dirubung wartawan. Hari itu, Titiek Soeharto --begitu dia disapa-- menjadi pusat perhatian pengunjung Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat.

Putri keempat almarhum Presiden Soeharto ini melangkah menuju auditorium. “Saya mewakili keluarga (Soeharto),” kata Titiek kepada wartawan. Sejumlah petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyambut, lalu mengantarnya menuju kursi paling depan, dekat panggung.

Di sisi kanannya duduk Ketua Majelis Syura PKS, Hilmi Aminuddin. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta berada di sebelah kiri. Sejumlah petinggi PKS lain duduk di belakang Titiek. Mereka menyambut Titiek dengan wajah yang ramah.

Hari itu, PKS menyelenggarakan acara yang diberi tajuk “Silaturrahmi dan Dialog Antar Keluarga Pahlawan Nasional.” Titiek adalah salah satu undangan khusus. "Saya yang menghubungi Beliau (Titiek)," kata Mahfudz Sidiq, Ketua Fraksi PKS di DPR, sehari sebelumnya.

Tak lama setelah Titiek tiba, acara pun mulai. Grup band Coklat naik panggung. Berpakaian serba hitam, Kikan, menutup rambutnya dengan selendang hitam. Dan menggema lah lagu Indonesia Raya berirama cadas. Para hadirin—yang pria kebanyakan berbaju koko dan yang perempuan berkerudung—terpaku dengan aksi panggung Kikan. Begitu lagu usai, pengunjung berteriak: "Allahu Akbar. Hidup PKS!"

Kondisi Tragis di Gaza, FYP Minta Yordania-Mesir Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan

Selanjutnya presenter tvOne Rahma Sarita yang memandu acara menyebut satu per satu nama anak-cucu para pahlawan nasional yang hadir malam itu. Di antaranya: Halida Hatta, putri Bung Hatta; Salahuddin Wahid, cucu Kiai Haji Hasyim Asyari; kemudian Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo. Juga ada Agustanzil Sjahroezah, cucu Haji Agus Salim; dan Amelia Yani, anak Jenderal Ahmad Yani. Mereka semua diminta ke panggung untuk berdialog.

Nama Titiek Soeharto tak disebut.



Perhelatan itu merupakan lanjutan dari iklan delapan pahlawan versi PKS. Berdurasi 30 detik, advertensi ditayangkan lima televisi swasta tepat di Hari Pahlawan, 10 November 2008. Di urutan kedua setelah Soekarno, PKS menampilkan Soeharto sebagai guru bangsa.

Menarik untuk dicermati, nada iklan itu seperti bertolak belakang dengan sikap Hidayat Nur Wahid, bekas Presiden PKS yang kini menjabat Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. "PKS tak pernah menetapkan Soeharto sebagai pahlawan," katanya. Ketika Soeharto meninggal tahun lalu, Hidayat juga yang menentang desakan sejumlah orang agar pemerintah menetapkan Soeharto sebagai pahlawan. Menyesalkan iklan itu, Hidayat tak menghadiri acara dialog PKS di Jakarta Convention Center.

Kontras dengan Hidayat, Mahfudz Siddiq mengatakan penayangan iklan dan dialog sudah terencana matang, telah digagas sejak Oktober lalu. "PKS bermaksud menyambungkan spirit Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan," kata Ketua Operasi Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS itu.

Presiden PKS Tifatul Sembiring menjelaskan konsep awal adalah menempatkan Soekarno dan Soeharto sebagai tokoh yang pernah berbuat banyak bagi Republik. Adapun Hasyim Asyari dan Kiai Haji Ahmad Dahlan diposisikan sebagai guru bangsa. "Tak ada itu kesepakatan Soeharto sebagai guru bangsa, apalagi pahlawan," katanya. Atas dasar itu pembuatan iklan senilai Rp 1 miliar itu disepakati petinggi partai.  

Lain rencana, lain lagi yang muncul di layar televisi. Semua tokoh dijejer setara. Semua dilabeli pahlawan dan guru bangsa. "Mereka adalah pahlawan kita, mereka guru bangsa kita," begitu narasi yang mengikuti gambar delapan tokoh itu. Dan kalimat penutupnya mantap betul: "Kami akan melanjutkan langkah bersama PKS."

Penggarap iklan PKS ini adalah Irvan Wahid, praktisi periklanan kondang, yang juga anak Salahuddin Wahid atau cicit Kiai Haji Hasyim Asyari. Dia bilang iklan itu dibuat berdasarkan hasil survei yang salah satu pertanyaannya berbunyi: “Siapa presiden terbaik Indonesia?” Menurut Irvan, hasilnya 38 persen responden menempatkan Soeharto di peringkat pertama, lalu diikuti Soekarno di angka 26 persen. Adapun Susilo Bambang Yudhoyono memperoleh sekitar 11 persen.

“Itu saya jelaskan (kepada PKS), juga kemungkinan tanggapan yang akan diterima. Tapi mereka menerimanya, sekaligus dijadikan upaya (PKS) untuk rekonsiliasi,” katanya. Apakah iklan ini akan mendongkrak suara PKS nanti, Ipang—begitu Irvan dipanggil—mengaku belum tahu pasti. “Ini ibarat bermain di atas ombak," katanya.

Kata sepakat dicapai. Petinggi partai pun berbagi peran. Mahfudz bertugas menguhubungi keluarga Cendana. Ini bukan soal susah. Sama-sama alumni Universitas Indonesia, Mahfudz dan Titiek aktif mengikuti pengajian alumni UI yang beberapa kali digelar di rumah Titiek, di kawasan Menteng.

Selain Mahfudz, di jajaran petinggi PKS ada sejumlah nama lain yang juga punya kedekatan personal dengan Titiek. Tiga anggota parlemen dari PKS, Zulkieflimansyah, Rama Pratama, dan Fahri Hamzah, adalah yunior Titiek di Fakultas Ekonomi UI. "Titiek itu senior saya," Zulkieflimansyah menjelaskan kepada VIVAnews.  



Buat sementara orang, motif PKS menggandeng Soeharto lebih dalam dari sekadar yang dijelaskan ke muka publik. Menurut pengamat politik dari UI, Arbi Sanit, PKS hendak memanfaatkan Soeharto untuk mendulang suara pada Pemilu 2009 nanti. "Dalam beberapa kali diskusi, ada tokoh PKS yang mengatakan upaya itu bisa mendongkrak suara hingga dua kali lipat."

Urusan suara memang lagi membuat pening para pengurus PKS. Menurut berbagai penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI), suara PKS cenderung semakin jeblok. Bahkan, hasil survey LSI terakhir yang dilangsungkan 26 Oktober – 5 November lalu, elektibilitas PKS tinggal 4,9 persen saja, jauh di bawah perolehan suara di Pemilu 2004 sebesar 7,3 persen. Angka ini tertinggal jauh di bawah Partai Demokrat (16,8 persen), Golkar (15,9 persen), dan PDI Perjuangan (14,2 persen).


Penelitian LSI: Partai Pilihan (5 Nov 2008)Direktur Eksekutif LSI, Dr. Saiful Mujani, menilai langkah PKS itu tak pas karena keluarga Cendana sejatinya tak punya daya tarik lagi. Survey LSI pada Januari 2008 menyimpulkan popularitas Tutut Soeharto hanya berada di kisaran satu persen saja. Penokohan Soeharto juga dinilainya bertentangan dengan citra bersih yang sedang dibangun partai tersebut. Di mata Saiful iklan itu malah memancing kontroversi  negatif karena selama ini Soeharto dianggap sebagai pemimpin yang korup. “Ketika PKS mencitrakan Soeharto sebagai pahlawan, ada inkonsistensi politik,” katanya, “Hati-hati, ini bisa jadi masalah besar.”



Acara dialog di JCC hampir selesai. Kader PKS yang duduk di bagian belakang mulai berbisik-bisik manakala Titiek Soeharto tak kunjung didaulat ke panggung. "Pak Harto kan bukan pahlawan, jadi Mbak Titiek belum bisa duduk di depan," kata seorang kader PKS.

Titiek mengikuti dengan seksama kisah masing-masing pembicara tentang bapak atau kakek mereka. "Bapak saya itu dipenjarakan di zaman Soekarno, dipenjarakan juga di zaman Soeharto, bahkan lebih lama," kata Bambang menceritakan ayahnya, Bung Tomo.  Sembari tersenyum, Bambang melirik Titiek. "Namun itu kan urusan bapak-bapak kita. Kalau anak-anaknya kan damai-damai saja." Bambang terbahak. Titiek yang terus ditemani Anis Matta, ikut tergelak.

Hanya sekali Titiek bicara, saat diminta untuk bertanya. "Mengapa PKS menjadikan ayah saya sebagai Guru Bangsa?" Titiek mengajukan pertanyaannya. Hilmi Aminuddin sigap menjawab, "PKS menganggap Soeharto memiliki jasa besar di bidang ekonomi.”

Acara lalu ditutup. Zulkieflimansyah buru-buru menghantarkan Titiek yang beranjak pulang. Di luar, wartawan menyerukan sejumlah pertanyaan. Apakah keluaga Cendana akan memilih PKS nantinya? Tersenyum, Titiek menjawab, "Itu rahasia di bilik suara."

Heru Budi Didesak Segera Bangun Proyek Pengelolaan Sampah Sunter yang Mangkrak 5 Tahun
Ilustrasi menabung.

Generasi Muda Harus Cerdas Finansial Dalam Menabung dan Kelola Keuangan

Sebagai generasi penerus bangsa dengan akses yang luas terhadap produk dan layanan keuangan, anak muda seharusnya bisa lebih bijak merencanakan serta mengelola keuangan. 

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024