Studi di Uni Soviet (Bagian VI)

Pemberontakan di Akhir Kuliah

VIVAnews - Saat tiba mengerjakan diplomnaya rabota (skripsi) kami disodori pilihan judul. Sesudah itu jadwal konsultasi dengan dosen pembimbing untuk masing-masing bab, proses  kimia, struktur tanur,aspek ekonomi dan sebagainya.

Beberapa bulan sebelum sidang, saya melakukan pemberontakan kecil-kecilan. Dekan urusan Mahasiswa Asing menjanjikan kamar khusus di asrama dan hanya di isi dua mahasiswa, bukan empat orang.

Menakar Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026, Ada Berapa Tahap Lagi?

Sampai saatnya tiba menyelesaikan skripsi, janji tersebut  tetap tinggal janji. Saya keluar asrama dan mondok pada seorang teman senior yang  sudah diwisuda dan tinggal di kwartira (apartemen). Beberapa orang datang membujuk,termasuk guru bahasa Rusia yang cantik,tetapi saya bergeming. Penuhi janji, saya kembali ke asrama! Titik!
 
Janji itu tidak pernah dipenuhi, sehingga bebarapa teman menasehati “Bung, ini Uni Soviet, pikirkan dengan kepala dingin! Ini bukan Jerman,bukan Amerika!”

Saat tiba ujian negara oleh Komisi Ujian Negara, saya berangkat dari pondokan di rumah teman senior yang saya tumpangi.  Dua hari sebelum ujian negara, saya diuji oleh tim institut sehari penuh dengan  harapan bahwa murid yang akan maju nantinya tidak akan memalukan guru-gurunya. Ujian di kampus benar-benar melelahkan dan sehari penuh, dari pagi sampai sore.
    
Pada hari ujian negara, saya memasuki ruangan ujian yang ditata seperti pengadilan dengan meja panjang ditutup beludru hijau dan deretan delapan kursi dengan penguji yang tak seorang pun saya kenal.

"Silahkan menjelaskan isi diplomnaya rabota anda dan kami beri waktu satu jam!". Dengan berkeringat saya coba sampaikan isi diplomnaya rabota sambil membeberkan gambar konstruksi tanur. Dan perlu dicatat,di Institut Baja Moskwa diplomnaya rabota harus ditulis tangan, tidak boleh diketik (di MGU boleh diketik).
 
Selesai penjelasan, saya dihujani pertanyaan dari delapan penguji yang ahli dibidangnya.  Dan penonton yang hadir, dosen institut maupun teman sesama mahasiswa,boleh mengajukan "pertanyaan apa saja" (yang meringankan terdakwa).

Selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan, masih ada dua sampul tertutup, yang isinya harus dijawab. Kedua sampul tertutup itu ternyata berasal dari dua pabrik dimana saya pernah menjalani kerja praktek.

Selesai menjawab semua pertanyaan, hadirin dipersilahkan keluar dan panitia ujian negara akan bersidang dan pintu ditutup. Setengah jam kemudian pintu dibuka kembali dan hadirin dipersilahkan masuk kembali untuk mendengarkan vonis pengadilan. “Hari ini, 19 Juni 1964, Djoko Sri Moeljono dinyatakan lulus dengan predikat XOR dan berhak menyandang gelar Inzhenyer metallurg!”

Walaupun memberontak dan keluar asrama, saya tetap lulus dengan angka baik. Di institut, para mahasiswa Rusia mulai memilih tempat kerja. Siapa yang lulus dengan angka tinggi berhak memilih tempat kerja lebih dulu. begitu pula teman dari Jerman dan Rumania,sudah tahu dimana mereka akan bekerja.

Belajar di Uni Soviet bagi saya adalah pengalaman tak ternilai dan tak terlupakan. Setiap mahasiswa yakin lulus,tidak ada istilah menunda-nunda atau bermalas-malas.

Saat liburan ke Jerman diajak hadir di salah satu kuliah di Westfalische Technische Hochschule, dimana mahasiswa boleh hadir atau tidak, bahkan bisa meninggalkan ruang kuliah setiap saat (suatu hal yang tidak mungkin di Uni Soviet).Tamat
 
 

Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Kelompok teroris ISIS baru saja telah merilis sebuah video teror yang mengancam Rusia dan Presiden Vladimir Putin karena menyiksa para anggotanya saat berada di dalam tah

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024