VIVAnews - Bos PT First Media Billy Sindoro mengaku bertemu komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha M Iqbal untuk berkonsultasi. "Billy menganggap Iqbal sebagai pakar dunia usaha," kata kuasa hukum Billy, Albert Nadeak usai mendampingi kliennya di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2008.
Usai diperiksa, Billy enggan berkomentar kepada wartawan. Billy lebih memilih menumpang mobil tahanan yang akan mengantarnya ke ruang tahanan Markas Kepolisian Resort Jakarta Barat.
Albert mengaku pertemuan itu terjadi pada 16 September di Hotel Aryadutha atau pada saat Billy dan Iqbal ditangkap petugas komisi antikorupsi. "Pemeriksaan belum sampai pada pemberian uang," jelasnya.
Komisi antikorupsi menangkap Iqbal dan Billy di Hotel Aryadutha pada 16 September 2008. Petugas komisi antikorupsi menemukan Rp 500 juta dari tangan Iqbal saat berada di lobi hotel. Iqbal mengaku uang itu berasal dari Billy. Petugas komisi pun kemudian menangkap Billy yang saat itu masih berada di hotel.
Komisi antikorupsi menduga Rp 500 juta itu adalah bagian dari suap terkait putusan komisi antimonopoli yang memenangkan Astro TV. Iqbal kebetulan adalah anggota majelis hakim dalam perkara hak siar Liga Inggris itu.
Pada 29 Agustus 2008, majelis komisi yang diketuai Anna Maria Tri Anggraini dengan anggota M Iqbal dan Benny Pasaribu memutuskan ESPN STAR Sports (ESS) dan All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC (AAMN) terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 16 UU Nomor 5 Tahun 1999 sedangkan PT Direct Vision (PTDV) dan Astro All Asia Networks, Plc (AAAN) tidak terbukti melanggar Pasal 16 dan Pasal 19 huruf (a) dan (c) UU Nomor 5 Tahun 1999.
Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir
Tugas tim pengawal yang melekat pada Anies Baswedan selaku Capres 2024 nomor urut 01 telah selesai dan mereka telah berpamitan kepada Anies dan Keluarga.
