Waralaba, Investasi Alternatif Saat Krisis

VIVAnews - Anda bosan jadi pegawai? Anda skeptis dengan investasi portofolio? Waralaba mungkin bisa menjadi alternatif.

Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Amir Karamoy menyatakan hingga saat ini, berdasarkan data WALI sudah ada lebih dari 700 jumlah perusahaan waralaba dengan omzet Rp 4,4 triliun per bulan. "Total sudah 890.128 orang yang dipekerjakan di 41.385 gerai seluruh Indonesia," kata Amir.
 
Cukup menjanjikan bukan? Amir percaya, pertama, bisnis ini jika dipersiapkan dengan baik akan memberikan prospek yang lebih baik, dan kedua, bisnis ini secara integral akan membantu perekonomian Indonesia bangkit dari keterpurukan sektor riil.
 
"Investasi waralaba berbeda jauh dengan investasi portofolio," kata Amir. Perbedaanya terletak pada kepekaannya pada isu dan pergerakan pasar modal. "Waralaba, tidak seperti main saham, tidak terpengaruh isu politik dan sosial, gejolak moneter, kebijakan makro ekonomi dalam dan luar negeri, serta pengaruh pasar modal di luar negeri," kata Amir.
 
Waralaba, menurut Amir, menciptakan kesempatan usaha, mendorong kewirausahaan, mengembangkan UKM bermitra dengan usaha skala besar atau BUMN. "Dan yang terpenting, waralaba bisa menghadang pemutusan hubungan kerja dan mendorong sektor riil berputar," kata Amir.
 
Karena apa? Salah satunya karena waralaba memiliki ciri khas, kemudian terbukti telah memberikan keuntungan, memiliki standar tertulis atas pelayanan dan barang/jasa, mudah diajarkan dan diaplikasikan, dukungan hak atas kekayaan intelektual (HaKI) yang telah terdaftar.
 
"Itu semua akan melahirkan capital gain yang relatif lebih stabil dibandingkan investasi portofolio," kata Amir. Amir menyebutkan dalam setahun waralaba memperoleh capital gain sekitar 20-30 persen. "Sedangkan capital gain deposito hanya sekitar 8-12 persen, dan capital gain portofolio posisinya ada di atas deposito namun di bawah waralaba," ujarnya.
 
Namun Amir mengakui kegagalan memulai dan mempertahankan bisnis waralaba masih sering terjadi. Amir mendata setidaknya setiap tahun, 60 persen waralaba terbukti gagal usaha. Sebagian besar dari mereka yang gagal adalah perusahaan mineral. Untuk menghindari kegagalan ini, Amir berkenan memberikan tips.
 
"Teliti dulu market size-nya," ujarnya. Ukuran pasar yang kecil, menurut Amir, akan membuat bisnis waralaba cepat jenuh dan dipastikan gulung tikar dalam waktu satu atau dua tahun. Amir mendaftar beberapa segmen bisnis yang layak digarap, yakni makanan, minuman, retail, pendidikan, kesehatan, dan otomotif. "Pasar segmen tersebut sangat besar, pokoknya yang kebutuhan primer," ujarnya.
 
Namun, Amir percaya, dengan dukungan pemerintah serta penerapan PP No.42/2007 dan Permendag No.31/2008 yang konsisten, tingkat kegagalan akan menurun menjadi 20 persen.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit
Ilustrasi perkelahian dan pengeroyokan.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Para anggota TNI itu diduga tak terima Prada Lukman dikeroyok preman di Pasar Cikini, Rabu, 27 Maret 2024. Prada Lukman membela ayah rekannya yang dipalak kawanan preman.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024