Blog Achmad Mubarok

Membuat Sejarah (Geger Golkar 2,5%)

Sejarah terkadang berlangsung seperti yang dirancang oleh para pelaku sejarah, terkadang berjalan sendiri menyimpang jauh dari yang dirancang. Oleh karena itu ada pelaku sejarah, ada orang yang terbawa oleh arus sejarah dan ada orang yang menjadi korban sejarah.

Mobil Listrik Vinfast Pakai Sistem Sewa Baterai, Segini Biayanya

Bung Karno dulu berusaha mengukir sejarah Indonesia, tetapi di ujung beliau menjadi korban dari sejarah yang diukirnya. Pak Harto juga merancang sejarah Indonesia untuk bisa tinggal landas. Ujungnya seperti yang kita saksikan, rancangannya berantakan, dan beliau juga mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan Bung Karno.

Peristiwa besar terkadang dipicu oleh peristiwa kecil, bahkan terkadang dipicu oleh sesuatu yang sesungguhnya tidak ada. Ada contoh kecil yang kebetulan melibatkan nama saya. Secara terbuka saya sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat ditegur oleh Bapak SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai.

Yang membuat peristiwa itu menjadi besar adalah karena tegurannya dilakukan secara terbuka, lewat konperensi pers yang ditayangkan oleh semua stasiun TV nasional. Dapat diduga, malam itu dan hari-hari berikutnya Koran, TV dan radio se-Indonesia selalu menyebut nama saya, dan seakan ada konflik besar dalam koalisi Demokrat Golkar atau SBY-JK.

Mendadak saya menjadi selebritis, dikejar TV, wartawan, dan telpon serta SMS tak pernah berhenti berdering. Nama Achmad Mubarok selalu disebut dan wajah saya ditayangkan berulang-ulang di semua tayangan TV, sebagai pemicu peristiwa, atau sebagai newsmaker. Benarkah saya sebagai pemicu ? ternyata heboh itu bersumber dari sesuatu yang tidak ada, karena saya sesungguhnya tidak pernah berpikir, tidak berbuat dan tidak berkata seperti yang diberitakan. Lalu apa sesunguhnya yang terjadi.

Di sela-sela acara Rapimnas Partai Demokrat di Kemayoran, sementara saya menunggu persiapan liputan live ANTV , ada seorang mendekati saya dari samping. Saya tahu dia wartawan, tetapi tidak wawancara resmi, seperti orang ngobrol biasa, tidak direkam, dia bertanya. "Pak Kenapa koalisi tidak dibangun sekarang?" Saya jawab, "Kalau koalisi sekarang, itu sama dengan koalisi di awang-awang, wong realita politiknya belum nampak. Nanti habis Pemilu legislatif tuh, baru nampak the real politics-nya."

"Tapi kan sudah kelihatan partainya?" kata wartawan. Saya jawab. "Eh… Pemilu itu bisa membuat yang kecil jadi besar, dan yang besar menjadi kecil. Koalisi harus kuat, paling tidak 50 % lebih, maka hanya partai yang memperoleh angka signifikan yang bisa menjadi pilar koalisi."

"Angka signifikan itu berapa Pak? "Ah relatif itu. Tetapi yang jelas kalau mencari 50% ya bukan partai yang hanya memperoleh 2,5 %."

"Seandainya PKS dapat 20 %?" tanya wartawan. "Itu adalah realitas, siapapun akan memperhatikan."

"Kalau Golkar hanya dapat 2,5 %?" tanya wartawan. "Itu juga realitas," jawab saya.

"Apa mungkin Golkar bisa turun jadi 2,5%?" tanya wartawan lagi. "Ha ha ha ha, di dunia ini apa saja bisa terjadi," jawab saya geli.

Rupanya wartawan ini kreatif. Ia mengambil potongan ini untuk memancing pak Jusuf Kalla, dengan pertanyaan. "Pak, kata Pak Mubarok, Demokrat akan gandeng PKS karena Golkar hanya dapat 2,5%." Pak Jusuf Kalla terpancing, merespons dengan jawaban 'jangan mimpi buruklah' dan seterusnya seperti yang sudah kita dengar.

Bayangkan, dialog yang sama sekali tidak melecehkan siapa-siapa dan tidak meramalkan siapa-siapa bisa berkembang sangat dahsyat, setelah Pak JK mengomentari, hingga Pak SBY pun ikut konperensi pers. Untung Pak SBY sangat bijak, menegur saya tetapi menutup dengan kalimat pujian, saya kenal Pak Mubarok, orangnya lurus dan lugu, tidak punya pikiran jahat.

Saya juga sudah membantah melalui koran dan TV, tetapi sejarah berjalan terus. Di Golkar berkembang wacana-wacana baru, mungkin akan berkembang menjadi alur sejarah yang tak dibayangkan, mungkin juga akan berhenti seminggu lagi setelah muncul isu baru yang lebih segar sehingga tidak menjadi sejarah.

Kata orang penganut teologi Jabariah (predestination), semua itu sudah diatur oleh Tuhan dari atas, kita tinggal terima. Kata orang yang menganut teologi Qadariyah, wah ini bisa kita mainkan ke arah yang kita inginkan. Kata orang Ahlussunnah waljamaah. Mari kita berfikir dan berbuat yang baik, selanjutnya kita tawakal kepada Allah, apapun hasilnya.

Begitu melekatnya angka 2,5% dengan nama saya, kemarin ada teman mualaf, pengusaha, bertanya lewat telpon; saya punya harta ini dan itu, nilai semuanya sekian. Berapa zakat yang harus saya keluarkan Pak? Saya jawab langsung, 2,5%. Eh teman saya langsung jawab, pak yang benar dong jawabnya, saya ini bukan Golkar. Padahal maksud saya zakatnya sebesar 2,5% dari nilai yang dia sebut. Huebaat kan?

* Achmad Mubarok adalah guru besar Psikologi Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mubarok juga duduk sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Tulisan Mubarok ini dapat diakses di www.mubarok-institute.blogspot.com. Cerita mengenai insiden 2,5 persen ini dapat Anda simak di sini.

Gelombang tinggi laut terjang pesisir pantai (foto ilustrasi)

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 20 hingga 21 A

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024