Pertumbuhan Industri Mebel Turun 3%


VIVAnews - Pertumbuhan industri mebel nasional tahun ini diperkirakan merosot 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga akhir 2008, diperkirakan volume dan nilai ekspor tidak jauh berbeda dengan angka kuartal III 2008 sebesar 520 juta ton senilai US$ 1,234 miliar.

Angka tersebut jika dibandingkan dengan kuartal III tahun sebelumnya, meningkat 6,5 persen. Volume ekspor kuartal III 2007 sebesar 527 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,159 miliar. 

"Namun jika angka perkiraan akhir tahun sama dengan angka kuartal III 2008, maka terjadi penurunan 3 persen dibandingkan kinerja ekspor tahun lalu sebesar US$ 2 miliar," kata Ketua Asosiasi mebel Indonesia
(Asmindo) Ambar Tjahyono di Jakarta, Selasa 2 Desember 2008.

Kinerja ekspor yang merosot menyusul permintaan produk kayu dan mebel yang semakin menurun di Amerika dan Eropa. "Ekspor ke Amerika mencapai 30 persen, angka yang sama untuk Eropa," kata Ambar. 

Akibat krisis, sudah terlihat penurunan permintaan sebesar 5 - 10 persen.
Bahkan, permintaan rotan melorot di seluruh dunia, seperti Singapura dan Filipina. "Bisa mencapai 70 persen penurunannya," Ujar Ambar.

Namun, Ambar memperkirakan tahun depan permintaan rotan akan naik apabila promosi hasil rotan lebih digencarkan. "Penurunan tahun ini akibat bersaing dengan rotan plastik dari China," ujarnya. 

Ambar optimistis rotan asli akan kembali diminati karena tahun depan trennya akan seperti itu, terutama di Eropa dan Afrika. "Mebel dan kerajinan merupakan industri fashion, tergantung selera pembeli," katanya.

Oleh karena itu, Asmindo meminta pemerintah menyetujui insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPNDTP) untuk industri yang menyerap 11 juta tenaga kerja ini. "Pengusaha perlu ditanggung pajak pertambahan nilai sebesar 10 persen, karena impor kayu juga banyak," kata Ambar. 

Bahan baku kayu untuk industri mebel ini diimpor dari Selandia Baru dan Brazil. Kecenderungan impor bahan baku kayu dilakukan karena isu illegal logging dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, kata Ambar, di mata internasional produk mebel Indonesia terkenal ramah lingkungan. "Terus dibangun furniture image seperti itu agar permintaan terus naik," ujarnya.

Bahkan, lanjut dia, sudah 100 perusahaan mebel yang menerapkan ecolabelling. "Sehingga pemerintah Jenewa, Swiss, sempat simpatik dan mengirimkan buyer-buyer potensialnya," kata Ambar.

Dalam waktu dekat, Asmindo akan membuat terobosan baru penjualan dalam negeri untuk mengantisipasi permintaan. "Menjelang libur akhir tahun, seluruh perusahaan mebel akan menjual furniture yang bisa dikredit untuk pegawai negeri," kata dia.

Kemenkes Catat Lebih dari 60 Ribu Kasus DBD di Indonesia, Pemudik Harus Waspada
Pabrik mobil listrik BYD

China Serang Balik Kritikan Amerika Serikat soal Produksi Mobil Listrik yang Berlebihan

China membalas kritikan Amerika Serikat perihal produksi mobil listrik asal Negeri Tirai Bambu tersebut yang dinilai berlebihan & melebihi permintaan domestik dan ekspor.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2024