Partai Belum Melihat Potensi Remaja

Di Indonesia, peran partai dalam memberi pencerahan politik terhadap kalangan remaja hampir tidak pernah dilakukan. Sepanjang sejarah pembentukan partai politik dalam negeri, program-program garapan partai cenderung tidak memperhatikan potensi pemilih dari kalangan ini.

Remaja baru mendapat perhatian khusus pada momen tertentu. Misalnya, masa menjelang kampanye pemilihan umum (pemilu), partai-partai menyinggung sedikit tentang masalah remaja. Yang partai lakukan sebatas menggelar acara-acara dialog dengan motivasi agar remaja menjadi pemilih. Tetapi, cara itu tidak efektif memberikan pendidikan. Sebab, tidak terlalu serius.

Padahal, menurut pengamat pendidikan dari Perguruan Taman Siswa Darmaningtyas, potensi pemilih pemula itu sangat signifikan. Masa remaja merupakan saat-saat di mana mereka ingin mencoba mengikuti proses pemilu.

Kasus ini patut disayangkan. Pertumbuhan partai di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan memahami kepentingan anak muda. Program-program partai belum menjangkau remaja. Apalagi mewakilinya.

Dalam sejarah perkembangan partai di Indonesia, Darmaningtyas sama sekali belum menemukan program yang secara spesifik mengelola isu remaja. penggalangan-penggalangan generasi muda untuk pendidikan politik sama sekali tidak kelihatan.

Berbeda misalnya isu-isu lain. Sebagai contoh, partai-partai lebih tertarik mengangkat  masalah keterwakilan perempuan dan sebagainya.

5 Common Cat Diseases, Everything You Need to Know

Pendidikan politik bagi remaja merupakan masalah penting. Tidak dapat memungkiri, remaja merupakan pemilik masa depan bangsa. Nasib bangsa Indonesia di tangan mereka. Dengan demikian, partai mestinya tidak mengesampingkan masalah ini. Pendidikan menjadi penting, karena mereka tidak boleh apolitis. Anak-anak muda mesti memiliki kesadaran tinggi sebagai pemilih, kata Darmaningtyas.

Sebenarnya, partai-partai mendapat keuntungan besar bila kaum pemuda memiliki kesadaran tinggi terhadap proses  politik yang tengah terjadi. Misalnya, partai diuntungkan karena dapat melakukan kaderisasi politik secara dini. Hanya saja, pola pikir pengelola partai belum memahami arti penting potensi ini.

Menurut kaca mata Darmaningtyas, orientasi partai di Indonesia masih pada isu-isu besar.  Lalu, cara mendongkrak suara pemilih juga masih menggunakan cara-cara yang sudah umum. Misalnya menggunakan pengaruh kalangan selebritis dengan cara merekruti mereka.

Realitas tersebut secara tidak langsung telah membangun sikap tertentu bagi kalangan remaja. Peran remaja remaja sendiri juga menjadi kurang. Sebaliknya, mereka lebih memilih menikmati masa hura-hura sebagai anak muda.

Kalaupun remaja bersedia diajak partai untuk kegiatan kampanye menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah, menurut Darmaningtyas, keikutsertaan mereka bukan sebagai kesadaran politik. Melainkan lebih ke hura-hura.

Realitas pendidikan sekolah yang juga tidak mengenalkan mereka pada perkembangan politik, juga mempengaruhi semangat remaja pada politik. Remaja tidak diberikan ruang pengenalan politik oleh kurikilum sekolah maupun masyarakat sendiri secara sistematis.

Kondisi yang demikian, menurut Darmaningtyas, terjadi pasca 1965 atau sejak gerakan Partai Komunis Indonesia meletus. Pada umumnya, masyarakat alergi membicarakan perkembangan politik. Begitu juga kalangan pendidik seakan-akan tertutup bagi pengenalan politik bagi murid-murid.

Pendidikan politik remaja diperoleh dari berita-berita di media massa, baik cetak maupun elektronik. Dan sekarang melalui media online. Dan apa yang mereka dapat dari informasi media, tentunya bukan pengetahuan mendalam, melainkan sepotong-potong.

Menurut Darmaningtyas, membangun kesadaran politik bagi remaja di Indonesia sulit bilamana partai-partai tidak peduli dengan realitas tadi. Ketika partai hanya mengharapkan kemenangan dalam bursa pemilihan umum, remaja tidak akan pernah tertarik mempelajari politik.

Faktor terbesar yang mempengaruhi kembentukan kesadaran remaja tergantung pada orang tua, dalam hal ini  partai, sekolah dan lingkungan. Bila tidak ada yang mengarahkan, mereka tidak akan pernah memiliki kepedulian.

Bus Transjakarta tetap melayani masyarakat  saat libur nasional untuk Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024.

Tarif Bus Transjakarta Rp3.500 Rute Kalideres-Bandara Soetta Berlaku 1 Mei 2024

Bus Transjakarta akan melayani penumpang dari pukul 05.00 hingga 22.00 WIB.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024