Ekonom: Jangan Tutup Defisit dari Sukuk

VIVAnews - Perubahan postur anggaran 2009 membuat defisit melebar dari satu persen menjadi 2,5 persen. Lubang pembiyaan yang kian membesar ini diminta tidak ditutup lewat penerbitan Obligasi Republik Negara (ORI) dan obligasi syariah (sukuk), seperti yang direncanakan pemerintah.

Pengamat ekonomi dari INDEF Aviliani melihat penerbitan ORI dan sukuk akan membuat persaingan sengit antara  pemerintah dan industri perbankan dalam menyedot dana dari masyarakat, termasuk deposan bank. Pemerintah, kata dia, sebaiknya menerbitkan surat perbendaharaan negara saja.

Menurut dia, jika pemerintah menerbitkan obligasi dan sukuk, bank akan merasa tersaingi, karena bunga obligasi yang ditetapkan biasanya lebih tinggi. Sehingga bank akan mendongkrak suku bunganya untuk menyaingi instrumen pemerintah itu. "Itu menyulitkan sektor riil," kata komisaris BRI ini di Gedung Depkeu, Jakarta, Jumat 16 Januari 2009.

Sementara jika mengandalkan utang luar negeri, sejauh ini banyak mendapatkan penolakan karena menyangkut kepentingan negara donor. Sedangkan dana stand by loan dari luar negeri  masih terbatas. Karenanya alternatif yang risikonya paling kecil adalah menerbitkan surat perbendaharaan negara. "Lebih baik  SPN dalam negeri, melalui BI yang mempunyai dana cukup besar," kata dia.

Untuk menutup defisit anggaran yang bertambah sekitar Rp 80 triliun, pemerintah berencana mencari pinjaman luar negeri dan menerbitkan obligasi dan sukuk. Februari 2009 nanti pemerintah akan menerbitkan sukuk ritel yang bertenor tiga tahun.

Khawatir Ada Aksi saat Putusan Sengketa Pilpres, TKN Siapkan Satgas Khusus
Situasi bangunan Pasar Kutabumi telah dibongkar

Pembongkaran Pasar Kutabumi Diwarnai Kerusuhan, Sejumlah Orang Mengalami Luka-luka

Pembongkaran Pasar Kutabumi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, kembali diwarnai kerusuhan, Jumat, 19 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024