VIVAnews - Sebanyak empat warga Kramatjati, Jakarta Timur terserang virus Chikungunya. Virus ini juga ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue.
"Empat warga yang terkena chikungunya saat ini masih kategori tersangka atau suspect. Sehingga masih bisa langsung diatasi," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur, Paripurna Harimuda, seperti dikutip situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Selasa 20 Januari 2009.
Atas laporan itu, petugas juga telah melakukan pengasapan atau fooging di kawasan Kramatjati. Selain itu, Paripurna juga mengimbau masyarakat setempat untuk terus melakukan gerakan PSN 3M atau pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan menimbun barang bekas.
Penderita chikungunya di Kecamatan Kramatjati pada 2008 mencapai 304 orang. Mereka tersebar di beberapa kelurahan seperti Batuampar (91 kasus), Kramatjati (13 kasus), Cililitan (185 kasus), dan Tengah (15 kasus).
Virus chikungunya termasuk virus mematikan. Virus ini menyerang semua usia di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari.
Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai pendarahan maupun syok.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat. Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari.
Polisi Periksa 21 Saksi Terkait Kasus TPPU yang Jerat Ahli Nuklir UGM
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur tengah menyidik dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang menyeret ahli nuklir dari UGM.
