VIVAnews - Pemerintah berencana meningkatkan komposisi tenaga kerja terdidik formal untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di luar negeri.
"Tahun ini, persentase tenaga kerja terdidik direncanakan mencapai 40 persen dari jumlah tenaga kerja yang disalurkan," kata Kepala Biro Perencanaan dan Administrasi Luar Negeri Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Agus Din Budiantoro di Jakarta, Jumat, 23 Januari 2009.
Agus mengatakan, komposisi tenaga kerja terdidik tahun lalu mencapai 36 persen dari jumlah total 740 ribu TKI atau sekitar 266 ribu orang. "Tahun ini kami targetkan tenaga kerja terdidik formal naik menjadi 40 persen. Diharapkan sih, bisa lebih," ujarnya.
Dengan demikian, kata dia, jumlah TKI terdidik 2009 setidaknya mencapai 300 ribu orang.
Kerja sama dengan institusi pendidikan, ujar Agus, merupakan salah satu cara meningkatkan kompetensi tenaga kerja asal Indonesia. Sebab, semakin terdidik TKI yang disalurkan, akan semakin kompetitif dan terhindar dari masalah yang sering menimpa TKI. "Tentunya, mereka akan mampu menjaga diri," kata dia.
Besarnya peluang kebutuhan penempatan tenaga kerja terdidik di luar negeri, menurut Agus, juga meningkatkan persaingan di antara negara-negara penyalur tenaga kerja, seperti India dan Filipina. "Apalagi, situasi krisis menjadikan kompetensi TKI lebih ketat," ujarnya.
Namun, dia mengakui, kualifikasi bahasa seringkali tidak dipunyai TKI Indonesia. Sehingga, mengurangi kualitas dan kompetensi TKI di luar negeri.
Agus menambahkan, kerja sama dengan institusi akan mengubah pola penyediaan tenaga kerja terdidik Indonesia. Yaitu, akan berubah dari placement by accident menjadi placement by design.
Sementara itu, peluang penempatan tenaga kerja ke luar negeri dari beberapa sektor unggulan seperti kesehatan, perminyakan, konstruksi, tenaga rumah sakit hingga maritim sampai 2020 mencapai sekitar 3,6 juta orang hingga 2015.
Selain itu, berdasarkan kawasan, Asia Pasifik, Australia, New Zealand, Amerika, Kanada, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika terlihat banyak membutuhkan tenaga kerja formal. Peluang kerja formal dikawasan ini diperkirakan mencapai 4 juta orang dalam kurun 2008-2020.