Pengungsi Rohingya di Aceh

Hampir 400 Pengungsi Segera Dideportasi

VIVAnews - Pengungsi etnis Rohingya yang kini berada di Aceh jumlah totalnya mencapai berjumlah 391 orang. Mereka terbagi menjadi dua lokasi penampungan. Pertama, berada di Pulau We, Sabang mencapai 193 orang (tiba 7 Januari 2009) dan sisanya 198 orang (3 Februari 2009) di Kecamatan Indirayo, Aceh Timur.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri, Hassan Wirajuda di Gedung Departemen Luar Negeri, Jakarta Pusat, Jumat 6 Februari 2009. Hasil temuan tim Departemen Luar Negeri dan IOM (International Organization for Migration), dari 193 manusia perahu Rohingya (di Sabang) terdapat 56 berwarga negara Bangladesh. Sedangkan 136 orang lainnya merupakan warga Myanmar.

Dari kelompok pertama yang terdampar di Sabang pada 7 Januari lalu sebanyak 27 orang, yang berusia 12-17 tahun dan 165 orang berusia 18-50 tahun. Motif mereka adalah motif ekonomi, mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Dua kelompok ini berasal dari etnis yang sama yakni Rohingya, kelompok minoritas beragama Islam yang tinggal di perbatasan Myanmar dan Bangladesh.
Pemerintah telah melakukan respon tanggap darurat, yakni dengan menyediakan bantuan kemanusiaan berupa tempat penampungan sementara, makanan dan minuman dan bantuan medis. Ini merupakan tradisi sejak tahun 1999 termasuk tahun-tahun setelahnya saat kita mengurus manusia perahu Vietnam.

Departemen Luar Negeri dua kali mengirimkan tim untuk melakukan penyelidikan motivasi mereka keluar dari negara mereka. Sementara untuk para pengungsi di Indirayo, saat ini tim sedang melakukan proses penyelidikan.

Dari 142 manusia perahu yang berada di penampungan Indirayo, sebanyak 50 orang yang dirawat di RS karena dehidrasi. Sebanyak 45 orang lainnya ditempatkan ke penampungan sementara dan 5 orang tak ditemukan.

"Mungkin berada di rumah warga. Sebagian pengungsi di Sabang itu ada yang menyatakan ingin pulang (voluntary return). Sebagian tidak karena takut akan ada penghukuman dari pemerintah setempat," ujar Hassan.

Terkait niat kepulangan pengungsi tersebut, Departemen akan berkomunikasi dengan pemerintah negara asal untuk dapat menerima mereka kembali. Target pemulangan tidak dapat dipastikan. "Jangan bicara target, pemulangan merupakan proses yang panjang," ujar dia.

Saat ini Departemen telah mengintensifkan kerjasama internasional dengan UNHCR, IOM, ICRC. Pemerintah berkomitmen melihat masalah ini sebagai masalah internasional yang penyelesaiannya melibatkan negara asal, negara transit dan organisasi internasional.

Bagi mereka yang bersedia pulang atas keinginan sendiri, tentu pemerintah Indonesia akan berkonsultasi dengan pemerintah asal agar keselamatan mereka bisa dipastikan. "Kami belum dapat memastikan jumlah pengungsi Rohingya yang akan pulang dengan kesadaran sendiri," ujar Hassan.

Seperti diketahui, pengungsi Rohingya terdampar di wilayah RI karena mendapat perlakuan tak manusiawi dari negara asal terkait status mereka sebagai kaum minoritas. Sementara itu, mereka juga sempat diusir kembali ke laut saat transit ke Thailand.

Kemungkinan yang Bakal Terjadi Kalau Indonesia tak Dijajah
Donald Trump dan Karen

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?

Proses persidangan kasus uang tutup mulut Donald Trump memasuki minggu ini, dua pengacara bersiap untuk menginterogasi para saksi. Salah satunya, ada nama Karen McDougal.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024