Resensi Buku (2)

Konvensi Golkar Tidak Dongkrak Popularitas

Ketua Harian Badan Pemenangan Pemilihan Umum Partai Golongan Karya, Burhanuddin Napitupulu, menyusun sebuah buku guna menjawab pertanyaan dan keraguan berbagai pihak tentang penghapusan sistem konvensi di Golkar – yang kerap diindikasikan sebagai langkah mundur dalam proses demokratisasi di partai berlambang beringin tersebut.

Penulisan buku itu juga bertujuan menangkis tudingan bertubi-tubi dari mantan Ketua Umum Golkar sendiri, Akbar Tandjung. Yaitu pernyataan Akbar bahwa Golkar menerapkan ‘kebijakan pintu tertutup’ terhadap kader-kadernya yang potensial, dengan menghapus konvensi.

‘Penjaringan Calon Presiden Partai Golkar: dari Konvensi ke Rapimnas,’ demikian judul buku setebal 81 halaman yang ditulis Burhanuddin.  Dalam ringkasan singkat mengenai isi buku di sampul belakang buku, Burhanuddin dengan tegas menyatakan, anggapan bahwa konvensi berhasil mengangkat citra, popularitas, dan perolehan suara Golkar pada Pemilu 2004, ternyata tidak sesuai dengan fakta.

Menurut Burhanuddin, Golkar menjadi pemenang Pemilu 2004 bukan karena perolehan suaranya meningkat, tapi karena perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengalami penurunan drastis, sehingga imbasnya Golkar mendapat sedikit keuntungan (namun tidak sebanyak keuntungan yang dipetik PKS dan Partai Demokrat – dua pesaing baru yang juga menggerogoti suara PDIP dan Golkar secara signifikan)

Perolehan suara Golkar sendiri pada Pemilu 2004 justru turun sebesar 0,8 persen – dari 22,4 persen pada Pemilu 1999 menjadi 21,6 persen pada Pemilu 2004.  Ini masih ditambah dengan capres hasil konvensi yang gagal bahkan pada pemilihan presiden (pilpres) putaran pertama, karena soliditas kader partai terlanjur pecah akibat persaingan di tingkat internal Golkar dalam konvensi.

Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan, Akbar Tandjung berulang kali menyarankan agar Golkar tetap mengadakan konvensi sebagai mekanisme penentuan capresnya.  Menurutnya, Konvensi Golkar selama ini dianggap sebagai terobosan politik yang berkorelasi positif dengan kemenangan Golkar pada Pemilu 2004. 

“Sangat mengherankan bila JK mengatakan konvensi tidak ada untungnya.  Buktinya Golkar menjadi pemenang Pemilu 2004, dan yang menikmati kemenangan tersebut adalah JK, bukan saya,” kata Akbar pekan lalu di Jakarta.

Sebaliknya, Burhanuddin justru menyebut Konvensi Golkar 2004 sebagai sebuah kecelakaan politik dengan biaya yang amat mahal.  Konvensi dipandang memunculkan pengelompokan politik yang memicu bibit-bibit perpecahan dalam partai.  Konvensi juga membuka ruang bagi kalangan dari luar partai untuk mengintervensi, mengacak-acak, dan memecah-belah soliditas internal Golkar.  Padahal, lanjut Burhanuddin, di era persaingan politik yang makin kompetitif, soliditas internal partai adalah suatu hal yang penting.

Dengan demikian, tegas Burhanuddin, proses penjaringan capres Golkar akan kembali dilakukan melalui Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional), dengan mempertimbangkan hasil perolehan suara partai pada pemilu legislatif, survei opini publik – baik survei internal maupun eksternal, track record dan loyalitas pengabdian kepada partai, serta popularitas dan faktor ketokohan.  ?

3 Cara Menjual Uang Koin Rp1.000 Melati Biar Untung, Bisa Capai Rp100 Juta?
Film Demi Si Buah Hati

Dibintangi Yuki Kato dan Dion Wiyoko, Film Demi Si Buah Hati Hadirkan Cerita Menyentuh

Film Demi Si Buah Hati bercerita tentang pasangan suami istri Dona dan Yuda, keduanya hidup bahagia.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024