VIVAnews - Penerbitan global medium term notes Indonesia di pasar New York dinilai akan mengurangi disiplin fiskal. Itu baru satu dampak, anggota Komisi XI Dradjad Wibowo mengatakan, masih ada dampak lainnya.
"Efeknya dua. Pertama, mengurangi disiplin fiskal karena orang akan berpikir, defisit kita bengkaknya berapa sehingga kita bisa jual bond. walau bond harganya mahal," kata Dradjad di Jakarta, Kamis 26 Februari 2009.
Kedua, kata dia, penerbitan itu mengakumulasikan risiko untuk beberapa tahun ke depan, karena sekarang ini, pemerintah menabrak obligasi-obligasi dengan ongkos yang sangat mahal.
"Sukuk ritel saja 12 persen. Itu laku karena 12 persennya. Ada sweetener. Terus nanti global medium term notes juga nanti yield-nya akan jauh lebih mahal dari yang semestinya," kata dia.
Semua ongkos itu, kata dia, akan diakumulasikan pembiayaan di masa-masa mendatang. "Jadi menumpuk risiko fiskal di masa mendatang. Harusnya, lebih disiplin panitia anggaran dan pemerintah dengan mengurangi defisit," kata dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengungkapkan pemerintah telah menjual obligasi internasional di New York, Amerika Serikat.
Pemerintah sebelumnya memang berniat menerbitkan obligasi global sembari melihat kondisi pasar. Jika harga di pasar masih berada di kisaran yang rasional dan risikonya tidak membebani pola jatuh tempo, maka pemerintah akan mengeksekusi penjualannya.
Untuk penerbitan obligasi ini, Menkeu menjelaskan, pemerintah juga akan melihat jangka waktu dan suku bunga obligasi yang dinilai wajar. Pemerintah membutuhkan dana untuk menutupi defisit anggaran yang meningkat menjadi Rp 139 triliun atau 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2009.
Jokowi Didampingi 2 Menteri dari PDIP ke BSD, Hadiri Acara Ini
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri sekaligus meresmikan pembukaan Rapat Kerja Nasional Kesehatan Nasional Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten pada Rabu
