PM Jepang Salah Baca Pidato

VIVAnews - Membaca huruf Kanji tidak pernah mudah, bahkan bagi warga Jepang sendiri. Ambil contoh Perdana Menteri (PM) Jepang, Taro Aso. Dia salah membaca huruf yang berakar dari huruf China tersebut di depan parlemen saat menjalani "tes membaca Kanji".

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Kepala pemerintahan Jepang ini salah menyebut kata "frekuensi" menjadi "canggung". Lalu dia salah menyebut kata "toshu" atau 'mengikuti' menjadi "fushu" atau 'bau busuk', dan itu terdengar seolah-olah dia menyebut kebijakan pemerintah 'berbau busuk'.

Ceritanya, dalam sesi sidang parlemen yang diselenggarakan bulan lalu dan disiarkan televisi, Aso berbicara tidak lancar di depan parlemen. Anggota parlemen dari partai oposisi, Hajime Ishii, menyindir Aso karena membaca pidato dengan tersendat-sendat. Ishii lalu menantang Aso untuk menjalani tes baca. Dia mengatakan, "Sebaiknya kali ini kita berbicara saja tentang huruf China."

Ishii kemudian menyiapkan lembaran berisi daftar belasan kata yang ditulis dalam huruf Kanji. Dia bertanya pada Aso: "Bisakah Anda membaca ini semua?"

Pada mulanya, Aso menolak melakukan tes tanpa persiapan tersebut. Namun Ishii memaksa dengan mengatakan, "Hari ini, mereka yang tidak dapat membaca huruf China akan diolok-olok, dan orang-orang akan buru-buru membeli buku bacaan untuk berlatih," kata Ishii. "Mungkin Anda pantas mendapat diskon pembelian buku karena meningkatkan penjualan buku," lanjut Ishii pedas.

Media dan rival politik Aso terus-menerus menyorot kesalahan PM yang popularitasnya terus merosot itu, termasuk juga kekeliruannya saat ketahuan sedang hura-hura di bar sebuah hotel akhir tahun lalu.

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

Namun, bagi warga Jepang kebanyakan, kesalahan membaca Kanji yang dialami Aso menjadi sesuatu yang juga ingin mereka akui. Bahkan, sejak tes membaca di depan parlemen tersebut, terbit sebuah buku berisi cara-cara meningkatkan kemampuan membaca Kanji.

"Kami berhutang pada PM Aso. Kami tidak ingin mengalami kesalahan di depan umum seperti yang dia lakukan," kata seorang pembeli buku panduan itu. Dalam majalah mingguan Weekly Bunshun, seorang kolumnis menulis, "Bukan hanya Aso yang melakukan kesalahan semacam itu. Tidakkah kita semua juga pernah mengalaminya?"

Aso salah membaca kosakata bahasa Jepang yang terdiri atas dua suku kata dari bahasa China, dan itu lazim dialami penutur asli bahasa Jepang. Terdapat puluhan ribu karakter Kanji. Agar mampu membaca surat kabar berbahasa Jepang dibutuhkan pengetahuan terhadap sekitar dua ribu huruf Kanji. Belum lagi lima puluh ribu huruf lainnya yang jarang dipakai tetapi tetap penting untuk diketahui.

Itu baru permulaan. Hampir semua huruf Kanji memiliki beberapa pengucapan tergantung konteks yang menyertai. Jadi, satu huruf Kanji dapat diucapkan dalam beberapa kata. Misalnya nama 'Aso'. Huruf Kanji pertama yang membentuk nama 'Aso', yang berarti 'kain linen' diucapkan sebagai "asa" atau "ma". Huruf kedua yang berarti 'kehidupan', diucapkan "nama","sei", "sho", atau "ki". Itu beberapa pilihan pengucapan.

Menurut survei pemerintah tahun 2007 lalu, seperlima warga Jepang yang berusia 16 tahun lebih menemui huruf Kanji yang tidak bisa mereka baca. Sedangkan seperti warga dengan usia sama menemui kesulitan saat harus menuliskan huruf tersebut tanpa melihat kamus. Hampir setengah responden mengatakan masih perlu mempelajari dua ribu karakter Kanji yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

"Bahasa dan huruf Jepang itu sulit," tulis salah seorang penulis buku panduan meningkatkan kemampuan membaca Kanji. "Namun tentu saja kita tidak ingin mempermalukan diri sendiri di depan umum." (AP)

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi
Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024